Selama berlibur di New Zealand, rombongan tour kami menggunakan dua bus. Satu
untuk di wilayah selatan, dan satu lagi di utara. Bus pertama yang kami
tumpangi di kendarai oleh Ben, seorang driver
asli suku Maori. Seperti orang Maori lainnya, Ben berkulit agak gelap,
dengan rambut hitam panjang yang kerap di kuncir kuda. Perjalanan dengan Ben
terasa menyenangkan, ia begitu ramah dan murah senyum, membuat seluruh perserta
tour merasa akrab dan nyaman. Menjelang keberangkatan dengan pesawat ke pulau
selatan, beberapa dari kami menyempatkan diri untuk berfoto dengannya dan
mengucapkan salam perpisahan.
Setibanya kami di pulau selatan, bus kami pun
berganti, begitu pula dengan supirnya. Driver
kami kali ini berkulit putih dengan nama Mike. Kebetulan, bus yang kedua ini
lebih besar dan memiliki sebuah pintu tambahan di tengah. Karena keluarga saya
duduk di bagian belakang, maka tentu saja akan lebih praktis jika saya naik
turun melalui pintu tengah tersebut. Beberapa keluarga lain pun seperti itu.
Sampai pada hari ketiga kami menggunakan bus tersebut, saya baru menyadari ada
sesuatu yang berbeda. Saya jarang sekali bertatap muka dengan driver bus tersebut, saya bahkan tidak
mengingat namanya saat itu. Dan, tentu saja saya tahu apa sebabnya: Si Pintu
Tengah.
Tanpa saya sadari, proses naik turun bus melalui pintu depan, membuat
saya sering berinteraksi dengan si supir, walau hanya melalui sebuah senyuman
atau anggukan kepala yang singkat. Itu yang membuat saya merasa lebih dekat dengan Ben daripada si supir kedua. Ketika momen tersebut tidak tercipta, maka hilang
pulalah satu-satunya kesempatan untuk mengenal si driver.
Di tengah perjalanan panjang yang membawa saya dari satu
kota ke kota lain, saya berpikir. Seringkali, hidup juga seperti itu.
Kita kadang melewatkan momen kecil yang sebenarnya penting karena hal-hal praktis.
Gadget adalah salah satu contohnya. Segala sesuatu yang instan dalam hidup kita
mungkin memudahkan kita dalam beraktivitas, namun tentu saja kita harus
bijaksana dalam memakainya. Jangan sampai, segala kepraktisan tersebut justru
membuat kita asing dengan orang-orang terdekat kita.
No comments:
Post a Comment