Tuesday, June 7, 2011

Just.Simply.Move On.


Menurut saya patah hati punya batas kadaluarsanya. “Scars heal” Totally agree with this chubby Po in Kung Fu Panda 2:) Sekalipun nggak sempurna. Sekalipun berbekas dan akan membuat mu terus mengingatnya. Saat sembuh, luka itu membuat mu jadi lebih kuat.

Ketika kamu stuck pada satu orang –mantan, kamu hanya membuang waktu mu. Apalagi kalau si mantan pacaran lagi, terus berprestasi, dan punya masa depan yang baik. Are you sure, you won’t do the same thing? It makes you look lame.

Waktu kamu patah hati, coba lihat sekeliling mu. Ada banyak tangan yang siap untuk menarik mu. Persoalannya adalah, apa kamu mau untuk bangkit? Ibaratnya, sekarang kamu berada di sebuah sumur dan teman-teman mu sedang mengulurkan tangan mereka untuk membantu. Satu-satunya yang dapat menolong mu adalah diri mu sendiri. Apakah kamu mau menyambut uluran tangan mereka dan mengangkat beban tubuhmu?

Ada waktu untuk menyesal. Ada waktu untuk menangis. Tapi tentu saja tidak untuk selamanya. Karena ada juga waktu untuk kembali memulai. Mungkin sulit, mungkin kamu akan terluka lagi.


Mungkin kamu akan menangis lebih keras dibanding hari ini. Tapi mungkin juga kamu akan bahagia kan?


Yang jelas, berlama-lama patah hati bukan pilihannya.

Sunday, June 5, 2011

I Quote U



“Gimana kalau konsepnya unity in diversity?”
“Bagus juga! Mengingatkan kita akan Bhineka Tunggal Ika”.

“Hei! Itu kan ide gue! Gue yang ngasih tau lo waktu di kelas tadi”.

“Elo nggak ngomong-ngomong. Ya udah gue yang bilang”.

“Tanpa nyebut nama gue? Dan sekarang elo yang mendapat semua kreditnya?!”



Masalah seperti di atas sering sekali kita jumpai. Kasus yang mungkin lebih dekat lagi dengan kehidupan sehari-hari kita adalah makalah atau laporan sekolah. Coba ingat-ingat seberapa sering kita meng-copy-paste bahan dari internet dan menyerahkannya pada guru tanpa menulis sumbernya.

Plagiat. Seorang guru bahasa Indonesia di SMP pertama kali memperkenalkan saya pada kata tersebut. Sampai sekarang kata itu selalu muncul dalam kepala saya tatkala saya mengerjakan makalah atau paper.

Kemajuan teknologi memang membuat kita lebih mudah mencari referensi. Namun, kesalahan fatal yang sering kita lakukan adalah tidak mencantumkan sumber atau penulis bahan tersebut. Coba bayangkan kerja keras penulis asli dari bahan yang kita ambil. Mungkin penulis tersebut perlu melakukan penelitian yang tidak murah untuk mendapatkan data tersebut. Namun kita malah dengan seenaknya mencap bahan tersebut sebagai milik kita.


Kebiasaan seperti ini mungkin bermula dari hal-hal kecil



Seperti saat kita menulis status di facebook atau twitter. Seringkali kita menulis lirik lagu atau quotes tanpa menyertakan sumbernya baik berupa judul lagu, penyanyi, atau pun penggagas kutipan yang kita ambil. Hasilnya, beberapa orang mengira bahwa kalimat tersebut adalah milik kita.

Mulai sekarang, cobalah untuk membiasakan diri mengutip dengan mencantumkan sumbernya meskipun hanya di jejaring sosial. Mengutip bukan hal yang memalukan kok. Bahkan sebaliknya, hal tersebut membuat kita terlihat lebih berbudaya karena mau mengakui karya orang lain.

Nikmati karyanya dan hargai penciptanya.
Happy quoting!


picturetakenfrom: untilibreathemylast.tumblr.com