Saturday, January 21, 2012

Senyum Untukmu yang Lucu

“Kok malah ketawa?” ujarku cemberut, sadar bahwa tawanya mengundang lirikan ingin tahu dari beberapa pengunjung café.

Ia masih tetap tertawa, hanya saja kali ini sedikit ditahan.

“Apanya yang lucu sih?”

“Haha… Sori-sori, abis muka kamu kalau lagi ngambek gitu lucu sih,” ia memberi alasan. Sorot mata jenakanya pasti sudah membuatku meleleh andai aku tidak sedang marah.

“Huh!” Aku membuang muka.

Sisa tawanya masih terdengar.

“Ya udah deh, aku nggak ketawa ya. Senyum aja”. Ia melipat tangannya di atas meja, dan mencondongkan tubuhnya ke arah ku.

Ia menatapku dalam. Aku terpaku, tenggelam oleh sorot dan pesonanya.

Ia masih tetap tersenyum, hatiku mulai melunak. Ah, aku memang tidak pernah menang darinya.

Ia menyentuh tanganku hangat dan mengusap-usapnya. Setengah mati aku memerintahkan diriku untuk mengabaikannya.

Ia masih tidak bersuara, hanya mencurahkan segenap perhatiannya padaku.

Aku luluh. Perlahan sudut bibirku tertarik, tidak dapat menahan untuk tidak ikut tersenyum.

No comments:

Post a Comment