“Halo”
“Hai, Sayang”.
“Ibu?! Ibu apa kabar?”
“Baik. Kamu sehat?”
“Sehat, Bu. Ibu kenapa jarang sekali menelepon?”
“Maaf, Nak. Ibu sibuk di sini.”
“Bagaimana di sana, Bu? Pasti suasanannya menyenangkan ya?
Nggak sumpek seperti Jakarta”.
“Tentu saja. Ibu senang tinggal di sini. Bagaimana kuliah
mu?”
“Lancar, Bu.”
“Syukurlah.”
Aku kangen masakan
Ibu”.
“Ibu juga rindu memasak untuk kamu dan Ayah. Oh ya,
bagaimana kabar Ayah?”
“Masih sering pulang malam, Bu. Ayah kelihatan lebih lelah
akhir-akhir ini”.
“Ingatkan Ayahmu jangan kerja terlalu ngoyo. Nggak baik untuk kesehatan”.
“Mana mungkin Ayah menurut, Bu? Ayah cuma nurut sama Ibu”.
“Sekarang Ayah juga harus nurut sama kamu, dan kamu harus
nurut sama Ayah”.
“Iya, Bu.”
“…”
“Aku rindu Ibu”.
“Ibu juga”.
“Siapa yang menelepon malam-malam begini, Ras?”
“Ibu, Yah”.
“Ibu?”
“Iya. Ayah mau bicara? Ini Ibu jauh-jauh telepon dari
Surga”.
“Astaga, Raras. Kamu lupa minum obat lagi ya?”
picturetakenfrom:weheartit.com |
No comments:
Post a Comment