Monday, January 14, 2013

Pukul 2 Dini Hari


Aku mengamatinya dalam diam.

Memperhatikan jemari jenjangnya menari-nari di atas deretan keyboard. Sesekali ia akan berhenti. Menatap layar laptop sejenak, dan membiarkan kerutan samar menghiasi keningnya.

Aku mengamatinya dalam diam, namun tak sedetik pun aku merasa bosan.

Aku mengagumi setiap lekuk wajahnya. Rahang tegasnya, kedua alis pekat yang menaungi mata teduhnya, dan tulang hidung yang terbentuk sempurna.

Aku mengagumi tangan kokohnya. Dan aku tahu, akan ada waktu-waktu dimana ia membiarkan tangan itu menyentuhku.

Seperti saat ini. Ia mendekatkan dirinya padaku. Menghirup aromaku, dan menempelkan bibir tipisnya pada bibirku.

Ini alasan mengapa aku mengamatinya dalam diam dan tak sedetik pun merasa bosan.

Aku selalu menantikan saat-saat ini. Menikmati setiap momen ketika kulit kami bersinggungan.

Aku mengamatinya dalam diam, dan malam ini, sudah sepuluh kali ia menyentuhku di sela-sela kesibukannya.

Jarinya kembali memelukku, mengalirkan sensasi hangat yang selalu aku rindukan. Ia kembali mendekatkan bibirnya pada milikku.

“Ah…” desahnya, ia menarik kembali wajahnya dengan muram.

Aku menatapnya kecewa.

Ini pukul dua dini hari. Dan kafein sudah kehilangan daya magisnya.




picturetakenfrom:pinterest.com

No comments:

Post a Comment