Sunday, February 5, 2012

Perahu Dalam Botol

picturetakenfrom:nepula.tumblr.com

Aku seperti perahu dalam botol.
Berdiri mewah namun tak berdaya.
Gagah sekaligus rapuh.
Dikagumi tetapi terkurung.
Tapi kamu melihatku istimewa.

Aku duduk di depan piano di lantai dua. Dari sini, ketika bermain piano, aku dapat melihat pemandangan luar melalui jendela di hadapanku. Aku senang bermain sambil menikmati angin yang berhembus, memperhatikan burung yang mengangkasa, dan merasakan hangatnya mentari pada deretan tuts hitam putih. Namun, diantara semuanya, aku paling suka menikmatimu.

Ya, kamu.

Kamu yang selalu duduk manis di rumah seberang tepat pukul empat sore. Kamu yang selalu menyibak tirai jendela kamarmu dan membukanya lebar-lebar. Kamu yang selalu tersenyum ke arahku saat aku bermain piano.

Aku selalu merindukan saat kamu duduk di meja belajarmu dan memejamkan mata menikmati musikku. Saat itu aku dapat memperhatikanmu lebih teliti, mengukir setiap garis tegas wajahmu dalam memoriku.

Entah sejak kapan, melodiku adalah tentangmu. Segalanya mengenai kamu yang aku kagumi.

Hari ini, untuk pertama kalinya kita bertukar nama melalui sebuah tulisan di kertas putih yang saling ditunjukan melalui jendela masing-masing. Kamu memintaku memainkan sebuah lagu: Étude Op. 10 No. 3, in E major

Lalu tak lama kamu mengiringiku dengan biola.

Musikku dan musikmu. Kita melebur menjadi satu. Aku tak pernah mendengar kolaborasi seindah ini. Aku mendengar banyak yang lebih sempurna, tapi tidak semenyenangkan ini. Aku seakan lupa akan keberadaanku, terlarut dalam untaian nada yang kita ciptakan.

Mungkin aku tidak akan pernah diperbolehkan mengenalmu. Tapi, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa cukup untuk hal yang sederhana.

Aku bahagia. Karenamu.




No comments:

Post a Comment