picturetakenfrom:nepula.tumblr.com |
Aku seperti perahu dalam botol.
Berdiri mewah namun tak berdaya.
Gagah sekaligus rapuh.
Dikagumi tetapi terkurung.
Tapi kamu melihatku istimewa.
Aku duduk di depan piano di lantai dua. Dari sini, ketika
bermain piano, aku dapat melihat pemandangan luar melalui jendela di hadapanku.
Aku senang bermain sambil menikmati angin yang berhembus, memperhatikan burung
yang mengangkasa, dan merasakan hangatnya mentari pada deretan tuts hitam putih. Namun, diantara semuanya, aku
paling suka menikmatimu.
Ya, kamu.
Kamu yang selalu duduk manis di rumah seberang tepat pukul
empat sore. Kamu yang selalu menyibak tirai jendela kamarmu dan membukanya
lebar-lebar. Kamu yang selalu tersenyum ke arahku saat aku bermain piano.
Aku selalu merindukan saat kamu duduk di meja belajarmu dan
memejamkan mata menikmati musikku. Saat itu aku dapat memperhatikanmu lebih
teliti, mengukir setiap garis tegas wajahmu dalam memoriku.
Entah sejak kapan, melodiku adalah tentangmu. Segalanya
mengenai kamu yang aku kagumi.
Hari ini, untuk pertama kalinya kita bertukar nama melalui
sebuah tulisan di kertas putih yang saling ditunjukan melalui jendela
masing-masing. Kamu memintaku memainkan sebuah lagu: Étude Op. 10 No. 3, in E major
Lalu tak lama kamu mengiringiku dengan biola.
Musikku dan musikmu. Kita melebur menjadi satu. Aku tak pernah mendengar kolaborasi seindah ini. Aku mendengar banyak yang lebih sempurna, tapi tidak semenyenangkan ini. Aku seakan
lupa akan keberadaanku, terlarut dalam untaian nada yang kita ciptakan.
Mungkin aku tidak akan pernah diperbolehkan mengenalmu.
Tapi, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa cukup untuk hal yang
sederhana.
Aku bahagia. Karenamu.
No comments:
Post a Comment