Hei, masih ingatkah kamu, pada suatu pagi saat kita berjalan
bersama? Menyeberangi lapangan yang masih basah sehabis hujan. Sejuknya udara
saat itu membuat kita betah berlama-lama di luar gedung sekolah.
Kamu mengeluh soal PR matematika yang belum kamu kerjakan.
Aku tertawa. Kamu memintaku untuk meminjamkan PRku. Mana mungkin aku bisa
menolakmu?
Kamu berbicara tentang basket. Tentang betapa tidak sabarnya
kamu menunggu siang, saat kamu bisa mendribel bola di lapangan ini. Aku berkata
aku akan menonton. Tahukah kamu, aku selalu mengamatimu yang sedang bermain?
Kamu bercerita tentang pertandingan sepak bola semalam.
Tentang MU yang menang entah melawan siapa. Semangat dalam kedua matamu
membuatku tetap memperhatikanmu walau tidak mengerti.
Kamu bertanya tentang kegiatanku akhir minggu nanti. Tentu
saja aku menjawab tidak punya rencana. Aku ingin menghabiskannya denganmu.
Hanya kamu. Tahukah kamu, aku selalu menunggu hingga saat ini tiba?
Kamu mengajakku bersepeda bersama di Minggu pagi. Aku pikir
kita akan menghabiskan malam Minggu di bioskop atau restoran seperti teman kita
kebanyakan. Tapi, ternyata idemu lebih menyenangkan. Kamu selalu penuh kejutan.
Seperti pagi yang tidak bisa ditebak. Seperti pagi yang selalu kucintai.
Ya, kamu adalah pagi. Bahkan kini, setelah lima tahun
berlalu, dan kita sudah tak bertemu, kamu tetap pagiku. Cinta pertamaku.
No comments:
Post a Comment