Gelap. Irene membuka mata, namun retinanya sama sekali tidak
dapat menangkap cahaya. Sekujur tubuhnya menggigil di bawah lapisan kemeja
tipis yang dipakainya, hidungnya menangkap bau pengap dan karat. Ia berusaha
bangkit, tapi kepalanya serasa dihajar oleh batu. Atau, hal tersebut memang
bukan perasaannya saja, ia memang dihantam oleh sesuatu. Keras, entah batu atau
benda tumpul lainnya, yang jelas kepalanya berdenyut hebat saat ini.
Irene berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Bau
alkohol, Minggu malam di jalan yang nyaris tak bergerak, musik The Script dari
player mobilnya, keluhannya tentang kasus yang selalu menumpuk di meja, saran
Jane untuk mengambil jalan kecil… Jane? Jantung Irene berdegup cepat.
“Jane…” kerongkongannya kering, entah sudah berapa lama ia
tidak sadarkan diri. “Jane!!” Irene mencoba berteriak lebih kuat,”Janeee!”
Kepalanya berdenyut makin hebat, namun ia memaksakan diri untuk bangkit. Irene
mencari jalan dengan meraba dinding dingin tempatnya bersandar, tapi ia tidak
menemukan apa-apa. Tidak ada pintu, tidak ada jendela, juga tidak ada ujung.
Ruangan tempatnya berada pasti sangat luas.
Irene tengah mempercepat langkahnya, saat sebuah suara dari
seberang membuatnya waspada. Suara pintu. Detik berikutnya ia hampir dibutakan
oleh sinar terang dari lampu-lampu di atasnya. “Mau kabur, eh?” mulut sebuah
pistol menekan dahinya. Keringat dingin menjalari tubuhnya. Selama lima tahun
ia menjadi detektif, baru sekarang ia berada sedekat ini dengan pistol.
“Di mana Jane?” ia memberanikan diri bertanya saat matanya
mulai terbiasa dengan cahaya. Di depannya berdiri seorang laki-laki tegap,
berbadan besar. Ia yakin otot-otot yang terbentuk di tubuhnya adalah hasil
latihan intensif.
Laki-laki dihadapannya tertawa, memaksa Irene menghirup bau
rokok dari napasnya. “Kau masih peduli padanya dalam keadaan seperti ini?”
“Kalau sampai terjadi apa-apa pada Jane,—“
“Apa? Hah?!” bentak laki-laki tersebut,”Apa yang akan kamu
lakukan, Nona Manis? Memanggil semua teman-teman dari unit kesayanganmu itu?
Membawa seluruh pasukan kepercayaanmu? Apa yang dapat kau lakukan sekarang?”
Jane menggigit bagian bawah bibirnya. Seluruh rasa takutnya
telah berganti amarah. “Apa tujuanmu?!”
“Membuatmu menderita, Nona”.
No comments:
Post a Comment