Beberapa hari yang lalu saya nge-blogwalking, dan nggak
sengaja menemukan sebuah ilustrasi tentang kedai kopi yang bagus banget. Saya
minta izin penulisnya untuk share di
blog ini, dan dikasih. It was written by
Emma Montezuma, and you can check out the original article here. Thanks a lot
Emma!
Ok, so here we go:
Kedai kopi itu selalu ramai. Gak mungkin sepi. Disana ada
banyak kalangan manusia.
Ada yang datang untuk menunggu, ada yang datang untuk
bekerja, ada yang datang untuk beristirahat.
Namun yang menarik dari sebuah kedai kopi adalah, ia tidak
memandang darimana anda, siapakah anda. Kedai kopi akan selalu melayani semua
dengan sama rata, yaitu sebagai costumer. Dia gak mungkin cuekin yang satu dan
care sama yang lain. Gak mungkin yang satu gak dikasih orderan minumnya, tapi
yang cuma lewat dikasih satu kulkas.
Ke semua sama baiknya, ke semua sama adilnya.
Ke pelanggan baru disambut dengan baik.
Ke pelanggan setia dikasih award, dan mungkin di-treat
sedikit special.
Hidup kita mesti nya kayak kedai kopi, gak sih?
Kalau hidup kita itu kedai kopi, maka para costumer itu
adalah orang-orang di kehidupan kita. Ada banyak kalangan orang di kehidupan
kita, tapi bukan berarti kita harus membeda-bedakan mereka kan?
Ada yang datang untuk ngegosip, ada yang datang untuk urusan
kerja.
Ada yang datang untuk cari kedamaian, ada yang datang dengan
masalah.
Ada yang datang sebagai tamu yang kebetulan lewat.
Ada yang datang dan menganggap kedai kopi, atau kamu,
sebagai hidupnya.
Dan waktu orang-orang itu datang silih berganti, apa kamu
sudah memberi layanan yang terbaik? Apa kamu sudah membuat mereka nyaman?
Apa kamu sudah menjawab persoalan mereka? Apa kamu sudah
memberi kesan tersendiri di kehidupan mereka?
Satu hal lagi yang aku suka dari kedai kopi ini. Semakin
lama ia berdiri, semakin cantik tempatnya. Semakin lama ia berdiri, semakin
nyaman tempat nya. Semakin lama ia berdiri, semakin terjaga rasa kopinya.
Aku mau hidupku seperti kedai kopi. Tidak perlu besar-besar,
tidak perlu mewah. Cukup memberi arti. Yang penting kamu nyaman, dengan
kedaiku.
Setelah membaca tulisan tentang kedai kopi ini, saya jadi
berandai-andai seperti apa hidup saya jika diibaratkan dengan kedai kopi, and it turns out like this:
Kedai kopi ku kecil, terletak di pojok jalan.
Tidak banyak yang tahu tentangnya, namun kedaiku selalu
penuh oleh pelanggan setianya.
Kamu dapat mendengar tawa-tawa bahagia bercampur harum aroma
kopi ketika membuka pintunya.
Kedai kopi ku hangat, nyaman, dan dapat membuatmu merasa
pulang ketika duduk di dalamnya.
Jika belum tahu, kapan-kapan mampirlah ke kedaiku, dan
jangan lupa ceritakan juga tentang kedaimu:D
Nice analogy! dalem bangeeet~
ReplyDeleteKedai kopi ku tidak terlalu besar, baru saja dibersihkan setelah sekian lama tertutup, dan sudutnya masih di renovasi, kamu mungkin dapat melihat tembok putih tanpa wallpaper atau tumpukan barang yang belum tertata tapi jangan takut, di sudut yang lain telah kusediakan sebuah ruang kaca sederhana tempatmu menghabiskan hari. Meja kayu yang masih berbau pelitur dan kursi bundar untukmu bersandar. Tak lupa pula secangkir kopi hangat untukmu sebagai pemberi semangat.
LOL, jadi sok puitis XD
inspirasi banget tulisannya :)
ReplyDelete@Anita @Rara, thanks for the comments :D
ReplyDelete