Friday, March 2, 2012

Little Things, Little Thought


Hari ini, saat berjalan di rumah sakit bersama teman saya, kami berpapasan dengan banyak ko-ass (dokter muda). Nggak heran, karena mereka memang sudah seharusnya bertugas di sana. Tapi, satu yang menarik perhatian saya dan teman saya adalah seorang ko-ass yang berjalan di koridor rumah sakit dengan kepala tertunduk menatap blackberry. Iseng, teman saya berkata,”Gue seneng banget tuh kalau ntar dia nabrak, terus yang ditabrak ternyata dokter”. Saya hanya tertawa membayangkannya. “Habisnya, kesel banget nggak sih ngelihat orang jalan tapi nggak merhatiin jalan gitu,” ia melanjutkan lagi. Saya mengiyakan, sambil bertanya dalam hati, ‘pernah nggak ya saya kayak gitu juga saat jalan dengan teman saya? Kalau iya, berarti saya sudah membuat teman saya kesal’.

Pemandangan orang berjalan dengan kepala tertunduk menatap layar ponsel mungkin sudah jadi pemandangan sehari-hari sekarang ini. Cerita klasik. Betapa orang-orang kini mulai apatis terhadap sekelilingnya, nggak peduli dengan apa yang terjadi. Tapi ternyata bukan hanya itu, komentar ringan teman saya hari ini membuat saya sadar bahwa ternyata, setiap tindakan kita—sekalipun terlihat remeh, tetap saja dapat memberi dampak bagi orang lain. Main hp itu kelihatannya biasa saja dan nggak mengganggu orang lain, tapi siapa sangka ternyata ada orang yang merasa terganggu? Saya setuju sih dengan kalimat: ‘We can’t please everyone’, tapi ya, kalau ternyata sikap-sikap kecil kita sehari-hari ternyata dapat mengganggu orang lain atau mengundang komentar negatif, bukankah sebaiknya kita mulai mengkritisi apa yang kita lakukan?

No comments:

Post a Comment