Sunday, March 4, 2012

(After) Life


Kemarin, saya menghadiri pemakaman sepupu saya di San Diego Hills. Tempatnya benar-benar jauh dari kesan angker. And surprisingly, I found peace there. Asri, hijau, nyaman, dan pemandangannya benar-benar indah. It was a fine and calm day yesterday. Cuacanya cerah, dengan sinar matahari yang hangat di kulit ditemani angin yang berhembus lembut. Upacara pemakamannya begitu tenang dan lancar.

If there is such a bliss on earth, I can’t imagine how great heaven is.

Sepupu saya itu baru berusia 19, sama seperti saya. Dia cantik, baik, dan sedang menjalani studi teologi di luar kota. Kepergiannya benar-benar mendadak dan rasanya sulit diterima oleh nalar manusia. Tetapi, melihat ia dipanggil di usia yang begitu muda setelah sempat memutuskan menjadi hamba Tuhan setahun sebelumnya, melihat betapa tegar keluarganya menerima kepergiannya, merasakan sendiri betapa damainya kemarin, I thought she must be so, so, loved by God; and her family must be proud of her.

Melihat peristiwa ini mengingatkan saya bahwa manusia tidak pernah tahu berapa lama ia akan hidup. Berapa lama lagi waktu yang tersisa untuk menjalani hari-harinya di dunia ini. You can talk and laugh with someone one day, and not seeing him or her another day. It hurts, and we have to deal with it. But, I believe someday we will meet each other in heaven, and by that time there are no more goodbyes. Dan sementara menunggu hari itu, saya jadi bertanya-tanya, sudah cukupkah saya membuat Bapa saya bangga telah menjadikan saya anak-Nya? It seems that I still have to fix my life here and there..

No comments:

Post a Comment