picturetakenfrom:weheartit.com |
Pernah
nggak sih terpikir seperti ini, ‘Kok si A orangnya nggak jujur tapi hidupnya adem
ayem aja ya?’ atau,’Si B tuh two-sided banget, tapi kok nggak pernah kena batunya ya?’
Saya
sering. Bahkan kadang sampai protes,’Duh, Tuhan, kok saya buat salah dikit aja,
tegurannya berat banget sih?‘ atau ‘Tuhan, nggak salah nih? Kayaknya si A lebih
jahat deh, kok dia nggak diapa-apain sih?’
Baru-baru
ini seseorang yang saya kenal bilang seperti ini ke saya,”Kelihatannya enak
banget ya ngeliat orang lain berbuat jahat tapi nggak kenapa-kenapa. Kita nih,
yang anak Tuhan, yang babak belur kalau ngelakuin hal yang sama”.
Bagian
babak belurnya memang nggak enak, tapi bukankah seharusnya kita bersyukur untuk
setiap teguran yang Tuhan berikan? Isn’t
God showing His fatherly side by tugging us? Sama seperti orang tua kita
yang ngomel kalau kita berbuat salah, Tuhan juga menegur kita karena kita
anak-Nya. Ia mengasihi kita, dan salah satu bentuk kasih yang Ia tunjukkan adalah
dengan mendisiplinkan kita.
By reminding us for our simple mistakes, I
think He raises our standards beyond this world’s. He sets the bar, and we
should be grateful for this. Ibarat sekolah, kita sedang belajar di sekolah
yang punya standar kelulusan tinggi, dan ketika saatnya ujian nasional, kita
nggak perlu takut nggak lulus, karena selama ini kita sudah dilatih dengan
standar yang tinggi. Jadi, kalau sampai hari ini kita masih ditegur untuk
hal-hal yang kecil dalam hidup kita, I
think we should be glad. It’s a prove
that we’re loved.
“God is creative as he is relentless. Both
kind and stern. Tender and tough. Faithfully firm. Patiently urgent. Softly shouting.
Gently thundering. God does what it takes to get our attention, and if that means
a jolt or two to get you in your seat, then be jolted. Earthly discomfort is a
glad swap for heavenly peace.”—Max Lucado
No comments:
Post a Comment