Satu kata untuk hari ini: BERAT
Saat orang-orang lagi merayakan hari kemenangan,
makan-makan, dan tertawa bersama keluarga besar, hari ini malah jadi hari yang
berat banget buat saya. By the way, happy
Eid Mubarak!
Entah kenapa saya lupa berdoa pagi ini. Entah kenapa saya
hanya fokus pada kebaktian dan rapat hari ini. Entah kenapa saya hanya
memikirkan stressnya main musik di gereja hari ini. Entah kenapa yang ada di
otak saya malah segala persiapan ibadah mulai dari slide, mic, alat musik,
kertas lagu, dan lain-lain. Entah kenapa saya hanya memikirkan hal-hal teknis.
Entah kenapa saya lupa berserah pagi ini, lupa bersyukur untuk kesehatan dan
hari baru yang masih boleh saya rasakan.
Jalanan sepi banget pagi ini. Mobil saya dapat mencapai
kecepatan 120 km/jam di jalan raya (tapi saya cuma nyoba sampai 100 kok). Saya
pikir, ‘wah, hari ini bisa cepat sampai gereja nih’. Tapi begitu saya mau
berbelok di gang gereja saya, jalanan di tutup karena ada shalat Eid. Saya
mencari jalan lain, ditutup juga, intinya semua jalan yang saya tahu menuju
gereja ditutup. Panik. Hari ini saya jadi pemusik sekaligus pembriefing. Saya
mencoba menelepon teman saya yang rumahnya dekat dengan rumah saya, dengan
harapan ia belum berangkat ke gereja dan saya bisa ikut dia naik motor agar
lebih cepat, namun panggilan saya tidak diangkat. Akhirnya saya memutuskan
untuk kembali ke kompleks saya dan mencoba jalan tikus. Sayangnya, satu-satunya
jalan yang saya tahu adalah lewat masjid, dan pasti ditutup. Sampai pada titik
ini saya kesal setengah mati. Kenapa sih harus hari ini? Kenapa harus pada saat
saya ada pelayanan? Kenapa harus saat semua orang rumah sedang tidak ada dan
tidak ada yang mengantar saya naik motor atau membantu saya mencari jalan lain?
Keputusan terakhir saya adalah, menaruh mobil di rumah dan
mencari bajaj dekat pasar. Saya pikir, tukang bajaj pasti lebih tahu jalan
kecil, apalagi tadi saya lihat ada banyak tukang bajaj di pasar. Akhirnya saya
mengajak mbak saya dari rumah untuk menemani saya mencari bajaj. Seakan masih
belum cukup membuat saya menderita, tukang bajaj yang tadinya berjajar di
jalanan depan pasar, mendadak hilang ketika saya kembali melewati jalan
tersebut lagi dengan berjalan kaki. Saya benar-benar putus asa saat itu, saya
tahu ada teman yang bisa menggantikan saya di gereja, tapi tetap saja rasanya
nggak enak.
Beruntung saat itu ada seorang bapak yang lewat dengan
motornya. Ia bersedia mengantar. Awalnya saya takut juga, bagaimana kalau dia
orang jahat? Tapi, karena mbak saya bersedia menemani, saya pun akhirnya
diantar bapak tersebut sampai gereja. Bodoh mungkin, seenaknya saja ikut orang
yang tak dikenal, tapi bagaimana pun hari ini bapak itu menyelamatkan saya.
Sekarang, ketika saya menuliskan ini dan melihat kembali ke
belakang. Konyol—malu rasanya mengingat saya menangis di depan teman-teman saya
di gereja. Tapi, bukankah hidup memang seperti itu? Laluilah hal terburuk dalam hidupmu, dan ketika kamu berhasil
mengatasinya, kamu bisa tertawa ketika mengingatnya.
Oh iya, dan jangan lupa untuk berdoa di pagi hari. Sesibuk
atau sesantai apa pun harimu. :D
Hahahah~ Bapak itu mungkin jawaban doamu dari Tuhan :) hehehe~
ReplyDeleteHappy holiday~