picturetakenfrom:weheartit.com |
Baru
aja nonton October Baby, filmya bagus dan… sedih. But it ends happily (btw, this post contains spoiler, hehe…). Film
ini bercerita tentang seorang gadis berumur 19 tahun bernama Hannah. Hannah
mengidap asma dan epilepsi sejak kecil, membuatnya tumbuh dengan fisik yang
lemah. Suatu hari, saat sedang berpentas untuk pertunjukan sekolahnya, Hannah
kolaps. Ayahnya menyadari bahwa kondisi putrinya memburuk akhir-akhir
ini—termasuk kondisi emosinya. Dokter yang menangani Hannah bilang, bahwa
mungkin kondisi Hannah ada hubungannya dengan riwayat medisnya yang lahir
prematur—24 minggu. Selanjutnya, terbongkarlah rahasia yang selama ini berusaha
ditutupi kedua orang tua Hannah, bahwa Hannah adalah anak adopsi, dan ibu
kandung Hannah berusaha mengaborsi dirinya.
Hancur,
marah, dan kecewa, Hannah akhirnya bergabung dalam sebuah perjalanan yang
diadakan oleh Jason—sahabatnya. Melalui perjalanan ini Hannah berharap ia bisa
mengetahui siapa dirinya. Dengan berbekal sertifikat kelahiran, mereka
mengunjungi Alabama, daerah kelahirannya. Setelah menghadapi beberapa kesulitan
akhirnya Hannah berhasil bertemu dengan ibu kandungnya. Ibu kandung Hannah
ternyata sudah menjadi pengacara—hidup mapan dengan seorang pria dan anak
perempuan yang usianya jauh di bawah Hannah. Saat Hannah menemui ibu
kandungnya, ibunya malah pura-pura tidak mengenalinya.
The next scene drew my attention the most.
Suatu malam, Hannah duduk di gereja, berbicara dengan seorang pendeta. Di
tengah, keluh kesahnya Hannah bertanya,”What’s
so wrong with me?”. Kebetulan banget, beberapa hari yang lalu, seorang
teman juga menanyakan hal yang persis sama kepada saya. “Apa sih yang salah dari gue?”
Unwanted. Perasaan tertolak, perasaan
nggak diinginkan. Unworthy. And somehow I can feel it. That night, I
cried for my friend, I don’t know why, but my tears just came down as she asked
me that question. As if I hate to know that she’s in pain. And all I wanted is
to hug her and tell her, “you’re not unwanted. There’s nothing wrong with you.
Not a single thing. So please don’t ask a question like that ever again”.
Di
akhir cerita October Baby, Hannah memeluk ayah angkatnya dan berkata,”Thank you. For wanting me”. Seperti tagline film ini—every life is beautiful, I
believe every single of us is precious. We are somebody’s somebody. People said
that Hannah is a failed abortion, for the parents who adopted her; Hannah is a
survivor, a miracle.
May be some people underestimate you, but please believe, you are treasure for the others. Never look down for your own life—for who you
are now. Simply, karena kita bukanlah rancangan kecelakaan. Setiap kita
berharga. Bagi seseorang. Dan terlebih lagi, bagi Tuhan.
No comments:
Post a Comment