Wednesday, September 11, 2013

Love is #2


Bedtime storyyy!!” Megan berseru nyaring saat Sessa membuka pintu kamarnya. Gadis berusia lima tahun dalam balutan piyama pink itu mengangkat kedua tangannya riang.

Bedtime story!!!” seruan Ethan dari ranjang di sebelahnya menyusul. Bocah empat tahun itu beranjak turun dari ranjang Thomas & friends-nya, dan naik ke ranjang milik Megan yang didominasi warna pink.

“Jadi, cerita apa malam ini?” Sessa tersenyum melihat keduanya begitu bersemangat.

“Putri Balerina dan Pangeran Gula Kapas!” seru keduanya serentak. Megan dengan cepat menarik laci di samping tempat tidurnya dan menarik sebuah buku sketsa hitam besar—milik Ezra.

Sessa tertawa kecil, “Oke, oke.” Ia meraih buku sketsa tersebut, sementara Megan dan Ethan otomatis bergeser ke tepi tempat tidur, memberi ruang bagi Sessa untuk duduk di tengah mereka.

“Kisah mana yang mau kita dengar malam ini?” Sessa menatap Ethan dan Megan bergantian.

One fine day!” jawab Megan antusias.

The great escape lebih seru!” Ethan tidak mau kalah.

“Tapi ‘the great escape’ baru dibaca minggu lalu,” debat Megan.

One fine day juga udah sering dibaca,” balas Ethan.

“Sudah, sudah,” Sessa menengahi keduanya. “Bagaimana kalau hari ini kita dengarkan kisah favorit Mama?”

The first encounter!” keduanya berseru serempak, lalu mengangguk.

Sessa membuka halaman pertama dari buku sketsa tersebut. Sebuah gambar gadis kecil dengan rok tutu yang sedang menari di depan cermin menyambut mereka.

“Once upon a time, there’s a girl who loves dancing,” Sessa membuka ceritanya. “We can call her—“

“A ballerina princess,” Ethan menjawab.

Sessa membalik halaman selanjutnya—seorang gadis kecil yang tengah mengikat sepatu baletnya dengan raut murung. “Tapi bahkan putri ballerina sekali pun bisa bosan sesekali. Hari ini putri ballerina sedih, ia tidak mau menari karena seharusnya ia pergi ke pesta ulang tahun saudaranya”.

But ballerina princess is a dancer, and she has to dance, right?” kali ini Megan yang berkomentar.

Right,” Sessa membalik halaman bukunya—seorang gadis kecil yang sedang menari di pesta pernikahan,”The dance wasn’t good because she didn’t enjoy it. But then…”

“A boy came,” Megan membalik buku di pangkuan Sessa.

“Pangeran gula kapas,” sambar Ethan saat melihat gambar seorang bocah laki-laki tengah menyodorkan gula kapas pada gadis kecil tersebut.

“Yep, and he offered the little girl the most appealing cotton candy in the world,” Sessa menlanjutkan ceritanya,”And what’s happen next?”

“The girl smiled, and gave her corsage to thank him,” Megan menjawab.

“But then they didn’t meet each other for nine years.” Ethan melanjutkan.

“And when they finally met, the ballerina princess don’t dance anymore,” Sessa menimpali. “And the cotton candy prince don’t eat sweets anymore”.

“So, what is it that made the two of them recognize each other?” Sessa bertanya.

“The boy still keeps the corsage the girl gave him!” Ethan menunjuk gambar selanjutnya.

“And they dance together, and eat cotton candy,” sambung Megan.

“And they live happily ever after,” tutup ketiganya bersamaan.

Good,” Sessa menutup buku sketsanya. “Sekarang waktunya tidur.” Ia beranjak dari tempat tidur Megan, menyelimuti putri kecilnya dan mengecup keningnya, lalu melakukan hal yang sama pada Ethan.

Good night,” Sessa mematikan lampu kamar sebelum akhirnya menutup pintu.

“Kerjaan?” tanya Sessa saat mendapat Ezra sedang mengetik di ruang tengah.

“Iya, presentasi produk untuk besok,” Ezra menutup laptopnya,”Tapi udah selesai kok”.

“Kamu harus gambar lebih banyak lagi,” Sessa menyodorkan buku sketsa yang dipegangnya pada Ezra,”Megan dan Ethan mulai kehabisan cerita”.

“Remember the deal? One story for one special occasion,” Ezra menaikkan alisnya,”It used to be one story on each of our anniversary, and we start to compensate it to one story on each of our birthday.”
“Tapi ulang tahun Megan dan Ethan baru aja lewat, dan ulang tahun kita masih lama. And so does our anniversary.”

Then you have to wait. It won’t be a special gift anymore if I draw it everyday”. Ezra tersenyum, teringat saat pertama kali menggambar cerita mereka dalam buku sketsa tersebut.

Okay, okay. Ngomong-ngomong kamu nggak mau coba kirim cerita-cerita itu ke penerbit? Lumayankan bisa jadi pemasukan tambahan,” Sessa memberi saran.

Our stories are not for sale, Ses. It’s our very own treasure. And now, why don’t you tell me your story today?”
 
picturetakenfrom:weheartit.com
“Love is like a little old woman and a little old man who are still friends even after they know each other so well.”—Sessa & Ezra

No comments:

Post a Comment