Monday, June 3, 2013

Menjadi Ganjil


“Teman-teman gue bilang gue aneh,” kalimat ini terlontar dalam percakapan saya dan teman-teman gereja sepulang makan malam. Kami semua setuju. We become an anomaly because of the amount of time we spend at church.

It seems odd to others that we spend quite much time at church especially on days beside Sunday. Teman saya bahkan pernah bertanya apa yang membuat saya lebih memilih sibuk di gereja daripada di kampus. Mungkin bagi sebagian besar dari mereka saya aneh. Mungkin bagi sebagian besar dari mereka, apa yang saya lakukan nggak penting. Mungkin sampai sekarang pun mereka masih tidak habis pikir mengapa saya menyediakan begitu banyak waktu saya di gereja. “Memangnya, ada apa sih di gereja?”

As my friends ask such question, I question myself too. Sering banget saya berada dalam posisi seperti,’Duh, bahan ujian masih banyak banget, dan nanti malam masih harus ke gereja’, atau kalau ada teman yang mengajak jalan-jalan,’ehm, tapi jangan sampai malam ya, mau ke gereja’. Tapi lucunya, sekalipun sering berada dalam posisi seperti ini dan kadang tergoda juga untuk ‘lari’ sebentar dari pelayanan, saya tahu pada akhirnya saya akan memilih gereja.

Alasannya? Because He is a God that provides. Ia Allah yang mencukupkan segala sesuatunya. Di saat saya sering sekali meragukan apa saya bisa menyelesaikan tugas kuliah yang ditambah dengan pelayanan, pada akhirnya saya selalu bisa melakukan keduanya. Saat saya merasa seharusnya saya sudah lelah dan bosan dengan kegiatan kuliah yang padat ditambah dengan pelayanan, entah kenapa selalu ada kekuatan lebih untuk melakukan keduanya. Dan, alasan utama saya yang selalu membuat saya bertahan adalah: Karena seluruh pelayanan yang saya lakukan pada akhirnya justru malah menjadi berkat untuk saya sendiri.

Kalau ditanya apa alasan utama saya melayani, satu jawaban yang selalu muncul pertama kali di kepala saya adalah untuk mengucap syukur. And for the reason that I can’t think of, every service that I do turns into my very own blessing. Saya mendapat terlalu banyak dari pelayanan. Rasanya seperti menerima lebih banyak daripada apa yang telah saya berikan. The joy, the laughter, the friends, the experiences, I receive things more than I deserve. Do you think you serve for God’s sake? Do you serve to thank Him? He turns your gratitude into a blessing you’ll never think of. And at the end, you’ll know He loves you in indescribable way. So, I think, it’ll be fine to be the odd—the anomaly, of this world. After all, it is a privilege.

1 comment:

  1. thank you. mengena banget. sekarang ngerti dah.. ^^

    ReplyDelete