picturetakenfrom:google.com |
Senang
banget rasanya bisa menyaksikan film ini di hari pertama pemutarannya. Jadi
ceritanya, beberapa hari yang lalu seorang teman mengajak saya nonton film ini,
katanya Finding Srimulat bagus, tayangnya 11 April 2013. Rasanya excited banget begitu ada teman yang
berinisiatif ngajak nonton film Indonesia. Karena penasaran, saya langsung
mencari trailer-nya. Baru menonton trailernya saja sudah membuat saya
merinding. Dan hari ini, ketika akhirnya bisa menyaksikan filmnya, saya sama
sekali tidak kecewa, film ini keren.
Finding
Srimulat bercerita tentang seorang pemuda bernama Adi (Reza Rahardian) yang
memiliki kesulitan keuangan karena perusahaan tempatnya bekerja hampir bangkrut
akibat pengkhianatan seorang rekan kerjanya, JoLim (Fauzi Baadilla). Keadaan semakin
sulit karena pada saat itu, istri Adi, Astrid (Rianti Cartwright) sedang
membutuhkan biaya untuk operasi Caesar
anak mereka. Untungnya, di tengah kesulitan tersebut, Adi bertemu dengan Kadir,
salah satu legenda pemain Srimulat. Dari sana ia mendapat ide untuk
mengumpulkan kembali anggota Srimulat yang tersisa (Tessy, Mamie, Gogon, dkk)
dan menghidupkan kembali budaya Indonesia yang sempat ditinggalkan tersebut.
Jujur,
saya tidak terlalu mengenal Srimulat. Ingatan saya tentang Srimulat terasa begitu
samar. Saya tahu nama pemain-pemainnya, tapi saya sama sekali tidak ingat
kekhasan atau jargon-jargon yang menjadi ciri Srimulat. Rasanya saya dilahirkan
di saat kejayaan Srimulat mulai meredup. Tapi, hari ini, ketika menonton film
ini, saya sangat menikmatinya. Akting dari setiap pemain Srimulat terasa sangat
jujur, hingga seolah saya dapat merasakan kerinduan mereka untuk kembali
berpentas. Secara keseluruhan, film ini dikemas dengan gaya komedik dan tetap berhasil
men-deliver maknanya melalui adegan
dan dialog yang menyentuh.
Menyaksikan
film ini membuat saya menyadari, bahwa betapa disayangkannya Srimulat—yang
menjadi legenda komedi di Indonesia harus mati tergilas zaman. Padahal, menurut
saya, budaya yang sudah berakar seperti ini seharusnya dilestarikan. Diturunkan
dari generasi ke generasi, agar dunia—atau minimal Indonesia tahu, bahwa negara
ini memiliki budaya yang patut diacungi jempol. Agar generasi berikutnya tahu,
bahwa ternyata ada loh bentuk komedi yang bernama Srimulat, dan Srimulat itu
hanya milik Indonesia. Dan tentu saja, agar kita semua dapat merasa bangga
memiliki Srimulat.
Sayangnya,
film Indonesia yang memiliki ide berkualitas seperti malah tidak tayang serentak
di seluruh bioskop. Lucu rasanya melihat sebagian besar bioskop Indonesia malah
tidak menayangkan film Indonesia. Bagaimana anak muda mau mencintai film
Indonesia kalau akses untuk menonton film lokal kita begitu sulit? Dan
bagaimana juga perfilman Indonesia bisa maju jika anak mudanya tidak mengenal
film Indonesia?
Namun,
terlepas dari itu semua, saya sangat merekomendasikan film ini. Baik bagi yang
sudah mengenal Srimulat dan merindukannya, maupun bagi yang belum tahu apa itu
Srimulat. Saksikanlah, dan bersiaplah untuk terharu, tersentuh, dan tentu saja
tertawa di sepanjang film. Mari SELAMATKAN INDONESIA DENGAN TAWA!
No comments:
Post a Comment