Tapi,
nggak hanya itu. Sekitar dua malam kemudian, ada hal menarik terjadi. Waktu itu
saya sedang membaca buku saat teduh bersama adik saya yang paling kecil (entah
kenapa, beberapa malam belakangan adik saya niat banget mau ikut saya renungan,
padahal buku renungan yang saya pakai sulit dimengerti olehnya yang baru delapan
tahun). Selesai membaca dan bertanya tentang hal-hal yang masih tidak dimengerti
olehnya, adik saya iseng membolak-balik buku renungan saya sambil bertanya ini
itu. Kebetulan, buku renungan saya selalu dilengkapi dengan mini-booklet yang membahas tema dari
tiap edisi. Dan entah kenapa, adik saya berhenti pada halaman tersebut cukup
lama, membuat saya ngeh dan membaca
tulisan besar di hadapan saya: IRI HATI.
Saya
benar-benar seperti mendapat jawaban atas masalah saya. Iya, salah satu masalah
terbesar saya saat itu adalah cemburu. Dan melalui tulisan dari booklet tersebut saya merasa tertegur.
Dari kejadian ini saya belajar satu hal, kita kadang terlalu sibuk berdoa,
mencari pertolongan ke sana kemari, berusaha menyelesaikan setiap masalah
sekuat tenaga, tanpa pernah benar-benar mau diam dan mendengarkan suara-Nya. Padahal,
tanpa kita sadari Tuhan menyediakan jawaban yang begitu gamblang, begitu
sederhana dan berada di dekat kita. Ia tidak menggunaan bahasa roh atau pun
kata-kata kiasan yang sulit dipahami. Ia tidak menyembunyikan jawabannya di
tempat rahasia. Dalam kasus saya, ia bahkan sudah menyediakan jawabannya, lama
sebelum saya menghadapi masalah itu sendiri. Buku renungan itu sudah berada di
kamar saya sejak awal Maret lalu, saya baca setiap malam, namun betapa tidak
pekanya saya karena tidak menyadari bahwa solusi masalah saya ada di depan mata.
Saya
rasa, sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, nggak peduli seberapa parah
masalah itu membuat kita remuk redam; Dia selalu ada untuk kita. Pertanyaannya,
adakah kita selalu setia dan peka mendengar suara-Nya atau malah membiarkan masalah tersebut menjadi lebih besar dari telinga kita?
No comments:
Post a Comment