Friday, January 17, 2014

the perks of being old school


Hari itu hujan baru saja berhenti. Langit mulai cerah, namun masih menyisakan sedikit gumpalan awan kelabu yang berarak menjauh. Saya memilih tempat duduk di pinggir jendela sebuah restoran dan memesan makanan. Sambil menunggu pesanan datang, saya mengeluarkan setumpuk bahan ujian dan mulai membacanya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, sepasang suami istri memasuki restoran. Keduanya kira-kira berusaia enam puluhan, memakai pakaian putih yang senada satu sama lain. Entah kenapa keduanya menarik perhatian saya. Mungkin karena biasanya restoran ini jarang dikunjungi oleh pasangan tua, atau mungkin juga karena sang suami menunjuk makanan saya yang baru datang dan memesan makanan yang sama.

Sembari makan saya sesekali mengamati pasangan tersebut. Mereka asyik berbincang, tersenyum satu sama lain. Ada sesuatu dalam diri mereka yang membuat saya tertarik untuk mengamati keduanya. Lalu tidak lama kemudian datang pasangan lain. Kali ini usianya jauh lebih mudah. Mungkin belum menikah.

Pasangan tersebut duduk di sebelah pasangan tua yang sejak tadi saya amati. Yang perempuan memainkan gadgetnya, sementara yang laki-laki membolak balik menu. Keduanya memesan makanan tanpa bertanya satu sama lain. Lalu, beberapa detik kemudian laki-laki tersebut juga mengeluarkan smartphone-nya.

Ada pemandangan yang begitu kontras di hadapan saya. Pasangan yang pertama asyik berbincang selama makan dan saling menatap satu sama lain, sedang pasangan yang kedua saling mengobrol dengan mata tetap pada layar ponsel.

Apa yang membuat keduanya begitu berbeda? Bukankah seharusnya pasangan yang jauh lebih muda tersebut punya topik yang jauh lebih banyak—dan lebih seru, untuk dibicarakan dibandingkan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun dan bertemu setiap hari? Bukankah seharusnya mereka tidak lebih bosan terhadap satu sama lain dibandingkan dengan pasangan di sebelah mereka?

Entahlah, mungkin lahir di era tanpa sosial media dan gadget yang canggih punya keuntungannya sendiri. Mungkin usia yang kian lanjut—yang membuat mereka lebih lamban mempelajari teknologi, membuat mereka lebih mahir dalam bercakap-cakap secara langsung. Maybe it makes them mastering the art of not getting bored to each other and still having things to talk about after decades of marriage. Maybe. I don’t know.

No comments:

Post a Comment