Saturday, November 10, 2012

Maze

picturetakenfrom:pinterest.com

Kania menghempaskan tubuhnya di sofa Kaftee & Bun sore itu. Dengan sembarangan ia melempar ransel dan text book yang dibawanya kemana-mana sejak pagi.

“Kuliah capek banget ya. Gue pikir bakal lebih lowong. Tapi, ternyata sekolah di tambah les mat, fisika, dan kimia, ternyata masih lebih menyenangkan”.

Maria mengaduk-aduk chocolate blend-nya, sambil sesekali mengecek email yang masuk di laptopnya. “We grow up, Darl. Enjoy it”.

Kania menyeruput caramel macchiato yang sudah dipesankan Maria. Sahabatnya itu memang nggak pernah lupa kesukaannya. Makanya, ia paling menantikan saat-saat seperti ini. Saat dimana ia bisa bercerita—dan mengeluh tentang apa saja tanpa perlu disensor lebih dulu, saat dimana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus peduli pendapat orang. Maria akan duduk, tersenyum, mendengarkan, sambil sesekali menanggapi dengan gaya khasnya, dan tentu saja balik bercerita tentang kehidupannya.

“Kangen juga ya. Gue rindu saat kita duduk sebangku dan bergosip di tengah-tengah pelajaran. Atau saat kita mengomentari setiap cowok yang lewat di depan kelas selama jam istirahat,” Kania melayangkan pandangan ke luar jendela. “Gimana fashion show lo kemarin di Jakarta Fashion Week? Sukses kan? Sori ya gue nggak bisa dateng, jadwal gue padet banget”.

It was superb, Kan!” Mata Maria berbinar-binar,”Stage pertama gue nih, dan rasanya thrilled banget ngeliat desain gue di pake model catwalk.”

Kania ikut senang mendengarnya. Ia tahu jadi fashion designer adalah mimpi Maria sejak SMP, sahabatnya itu selalu aja menggambar baju di sela-sela pelajaran kalau sedang jenuh. “Elo tahu? Gue selalu berpendapat bahwa orang yang berani mengejar mimpinya itu keren, cool. Dan kalau ngeliat orang itu berhasil rasanya jadi ikutan senang.”

“Elo juga kan? Elo kan juga sedang mengejar mimpi lo,” Maria mencondongkan tubuhnya.

I don’t know,” Kania mengangkat bahunya,”Dulu gue kira jadi arsitek itu keren. Tapi, kok kayaknya sekarang gue mulai bosan ya? Gue capek begadang tiap malam buat bikin maket. Jenuh, sama kelas studio yang rasanya lamaaa banget. Belum lagi masalah gue ama Niko. Ibu yang selalu ngomel kalau gue pulang malem. My life is like a maze right now, I don’t know if I can get out”.

Everything has a way out, Kan. Sekalipun sekarang kayak labirin, semua labirin dibuat dengan jalan keluar kan? Labirin yang terumit sekalipun,” tutur Maria,”Sekali pun sekarang nggak kelihatan. Get lost, and enjoy the process. You’ll miss it when you get out”.

No comments:

Post a Comment