Sunday, September 7, 2014

the cabernet and the blanc


How come, how come two different hearts can fall for the same person?—C


Congratulation!” Aku mengangkat gelas berisi orange juice di hadapanku. Matahari siang itu lebih terik dari biasanya dan kamu memintaku bertemu. Tentu saja aku sudah tahu alasanmu. Dia sudah mengatakannya padaku lebih dulu, dengan tawa yang berderai dalam setiap kalimatnya. Aku dapat mendengarnya tersenyum pada setiap ujung kata yang terucap.

“Terima kasih,” kamu tersenyum lebar. Senyum itu. Senyum yang selalu aku rindukan, tapi tidak pernah mampu aku ciptakan.

Finally you fall for the Blanc, huh?” Aku mengangkat sebelah alisku, mencoba menjaga nada bicaraku agar tidak bergetar. Mencoba terdengar senang untuknya.

Cabernet Sauvignon dan Sauvignon Blanc, kamu selalu menyebut kami dengan sebutan itu. Dua sahabat yang bertolak belakang. Aku yang menurutmu sulit ditebak, tertutup, dan selalu pedas saat mengritik. Dan dia yang mudah bergaul dan memiliki aura sehangat musim panas. Aku sendiri kadang tidak mengerti bagaimana kami bisa menjadi sepasang sahabat.

Kamu mengulum senyum.

Can you tell me what will happen to the Cabernet?” Aku menatapmu lekat, berharap pertemuan ini tidak akan berakhir.

The expensive Cabernet will find her perfect fit, too. Dan kita akan hidup bahagia sampai kakek nenek.”

Aku terkekeh. So, expensive, huh? That’s what you think about me? “Gue nggak percaya happily ever after,” protesku, mungkin terdengar getir di telingamu.

Of course you don’t,” Kamu mengangkat bahu. “You are a Cabernet after all”.

Aku menghela napas panjang. You don’t get me, aku menatapmu lurus-lurus. Lima tahun kita bersahabat dan kamu masih tidak mengenalku? I’m totally a Cabernet then.

Go find your special someone,” kamu tertawa lepas. “Biar kita bisa double date”.

Aku ikut mengimbangi tawamu. Membiarkan pusaran yang berada dalam diriku menarikku semakin dalam.

Sure”.

picturetakenfrom:pinterest.com

No comments:

Post a Comment