Thursday, September 11, 2014

selamat dua tahun, kamu


‘Happy second, dear you.’

Aku mengukir tulisan tersebut perlahan pada selembar kartu. Masih segar dalam ingatanku ketika pertama kali melihatmu. Kelas sepuluh, orientasi siswa baru. Rambut sebahumu diikat tiga sesuai bulan kelahiranmu. Pipimu merona terbakar sinar matahari, dan peluh membuat rambut-rambut halusmu melekat—membingkai wajahmu.

Lalu kita duduk di kelas yang sama, menghabiskan tahun pertama bersama. Dua orang yang dulu asing kini berteman dekat. Kamu bercerita tentang cinta pertamamu, lalu berlanjut menjadi kedua, ketiga, dan seterusnya. Aku selalu mendengarmu, memerhatikan lebih dari yang seharusnya.

“Bunganya, mawar, aster, dan daisy, ya, Mas.” Aku mengangguk, lalu menyerahkan kartu tersebut untuk disematkan.

Kamu akan terkejut saat mengetahui sedetail apa aku mengingat segalanya tentangmu. Aku ingat lagu favoritmu, tahu ukuran sepatumu, tahu selera pakaianmu, aku tahu kamu takut gelap dan membenci mengakuinya—termasuk di depanku, aku tahu kamu selalu menyisihkan daun bawang pada setiap makanan. Aku bahkan dapat mengetahui letak barang-barang yang sering kau lupakan—aku rasa aku mengenalmu lebih daripada dirimu sendiri.

“Alamatnya?” Aku menuliskan alamatmu yang kuhapal luar kepala di secarik kertas.

Mengenalmu merupakan hadiah terindah. Setiap momen bersamamu adalah waktu yang tak pernah bisa dibeli. Aku berharap dapat menikmati senyum dan derai tawamu setiap hari, sampai nanti, sampai mati.

“Nggak ditulis nama pengirimnya, Mas?” Aku menggeleng.

Lalu lagi-lagi kamu memilih pergi. Memilih mereka-mereka yang bukan aku. Kali ini sedikit lebih lama dari yang lain. Tapi seperti yang sudah-sudah, aku akan selalu ada di sini. Menangkapmu ketika terjatuh. Memelukmu pada malam-malam ketika air matamu tidak dapat berhenti bergulir.

“Pacar Mas pasti sudah tahu ya kalau Mas yang ngirim bunga ini? Selamat dua tahunan ya. Semoga langgeng sampai tua”.

“Doa Mbak itu, kalau sampai terkabul, saya nggak tahu apa yang bakal saya lakukan”.

Menunggu hingga kamu sadar bahwa pulang selalu menjadi pilihan terbaik bagi hatimu.
Happy second, dear you.

picturetakenfrom:issuu.com

No comments:

Post a Comment