Sunday, May 5, 2013

Under the dancing stars


The universe isn’t made of atoms. It is made of tiny stories.

So, let me tell you this tiny story of us. A story you probably won’t remember but will last forever in my heart. Because I treasure you. Every memory of us.


Tanah perkemahan Cibubur, kelas 10, semester 2.

Aku menerawang menatap api unggun yang menari-nari memakan kayu. Sekujur tubuhku bergetar menahan hawa dingin yang menusuk tulang. Waktu menunjukkan pukul delapan malam, dan kelompokku baru saja tiba setengah jam yang lalu. Kelompok terakhir yang sialnya dihajar hujan jauh sebelum kami tiba di perkemahan.

“Elo baik-baik aja?” kamu masuk ke dalam lingkaran yang mengitari api unggun dan duduk di sebelahku.

“Badan gue udah mau patah,” Aku mendengus keras, tidak pernah suka dengan camping atau kegiatan semacamnya yang berkenaan dengan alam.

“Baru juga jadi pasien yang ditandu. Gimana kalau disuruh ngangkat tandu?” kamu tertawa kecil dengan suara beratmu.

“Tapi gue nunggu temen-temen gue di hutan sendiri tau. Kehujanan dan kedinginan, sementara kelompok lain udah pergi duluan”. Aku tidak mau kalah, entah kenapa di matamu semua masalah selalu terlihat kecil.

“Ngeluh melulu,” kamu menjitak kepalaku.

“Biarin. Gue capek”.

“Lihat,” kamu menunjuk ke langit. “Bintangnya terang dan banyak banget.”

“Namanya juga di pinggir kota,” aku ikut menengadah,”Di Jakarta jarang banget ya bisa lihat yang begini”.

“Gue rasa bukan itu alasannya,” kamu menggeleng. “Gue rasa bintang-bintangnya bersinar seterang ini soalnya mereka tahu ada orang yang lagi butuh cahaya”.

Aku mengernyit menatapmu.

“Elo,” kamu menjawab,”Muka lo suram banget sih. Jadi bintang-bintangnya pasti berpikir untuk menyinari elo malam ini”.

Aku terperangah. Tidak pernah menyangka kalau ucapan seperti itu akan keluar dari mulut isengmu.

“Bagus kan kalimat gue?” kamu nyengir.

“Norak,” cibirku. Kamu protes tidak terima dan aku hanya mendengarmu samar-samar, karena detik itu juga aku mensyukuri keberadaanku.

Di bawah hamparan bintang dan di atas rumput yang basah sehabis hujan aku mensyukuri begitu banyak hal. Aku bersyukur memilih bersekolah di sini, aku bersyukur memilih PMR dibanding pramuka, dan yang paling penting, aku bersyukur mengenalmu. Aku memang tidak pernah menyukai camping, tapi camp pelantikan anggota PMR kelas 10 di semester 2 adalah camp favoritku hingga detik ini. Dan kalau waktu bisa diputar kembali, aku ingin kembali ke masa-masa itu. Masa di mana aku dapat duduk bersinggungan denganmu, masa di mana aku dapat mengekorimu lewat sudut mataku, masa di mana aku dapat mengobrol denganmu.


You don’t remember, do you? The day when you call my name like no one else, the day when you make me love something I hate the most. It’s okay if you don’t remember, it is just a tiny story after all. A tiny story that takes part in the universe. A tiny story of me and you.

No comments:

Post a Comment