Sunday, May 4, 2014

Terbang


“Enak ya…” Reina menatap langit senja dari tempatnya berayun. Di atas, sekelompok burung terbang dengan membentuk formasi ‘V’. “Kalau bisa terbang”.

Rama yang duduk di ayunan sebelahnya menoleh.

“Penasaran kayak apa bumi dari atas sana,” Reina mengayunkan kakinya kuat-kuat, membuat ayunannya melambung semakin tinggi.

Rama ikut menyesuaikan ayunannya dengan milik Reina. Angin sore yang berhembus setelah hujan membuatnya ingin menarik napas dalam-dalam.

“Pasti kecil banget ya,” Reina melanjutkan.

Rama hanya diam, membiarkan sahabatnya itu terus berceloteh.

“Dari atas sana, masalah gue terlihat kecil juga nggak ya?” Reina tertawa pahit. Angin sore membuat matanya yang sudah berkaca-kaca semakin berair.

Rama mencengkram rantai ayunan kuat-kuat, menahan keinginannya untuk turun dari ayunan dan menarik sahabatnya itu ke dalam pelukannya. Tapi, bukan dirinya yang ingin Reina peluk, ia tahu itu. Bukan dirinya yang dapat menghapus seluruh rindu sahabatnya itu.

“Gue pengecut, ya? Maunya lari.”

Rambut Reina yang berkibar tertiup angin membuat Rama semakin ingin membelai kepala gadis itu.

Reina masih mendongak menatap langit. “Kalau gue bisa terbang, gue bisa ketemu Hans nggak ya, Ma? Dia ada di atas sana nggak ya?”

“Rei… Gue nggak punya sayap.”

Rahang Rama mengeras.

“Tapi, gue janji akan selalu jalan bareng-bareng elo”.

picturetakenfrom:pinterest.com

No comments:

Post a Comment