Thursday, March 13, 2014

a perfect fit


It was my 24th day in hospital. Hari ke-24 pertama saya belajar di rumah sakit—jadi dokter muda, katanya. Saya di tempatkan di poli mata sebuah rumah sakit pendidikan. It was an ordinary morning. Dengan langit yang bersalut awan kelabu dan sedikit sisa rintik hujan, AC di ruang praktik yang selalu terlalu dingin, beberapa pasien sudah masuk ke ruangan.

Lalu, saat rutinitas hari itu sudah akan dimulai, ternyata beberapa dokter sedang seru berdiskusi. “Masa perawat dari poli mata dirotasi ke THT?” Begitu salah seorang dokter berkata,”Perawat kan juga butuh keterampilan. Setiap poli punya alat-alat khusus yang hanya bisa dipakai perawat terlatih.”

“Dirotasi supaya tidak jenuh kata atasan,” Dokter lain menimpali. “Atasan kan tidak tahu perawat kita. Beliau tidak tahu mereka siapa, kerja mereka apa. Kalau bicara jenuh, kita juga jenuh. Tapi, ada banyak pekerjaan yang tidak sembarang perawat bisa kerjakan.”

And out of nowhere begitu mendengar percakapan mereka saya langsung berpikir, Thank God, we have Him as our God, because He knows every single detail of us. Dia Allah yang tahu kita siapa, dan hal-hal apa saja yang bisa kita lakukan.

Dan kalau sekarang kita jenuh di tempat kita yang sekarang, kalau kita bertanya-tanya ‘untuk apa sih saya ada di sini?’ Believe, that our God knows what he is doing. Kalau kamu ada di tempatmu yang sekarang, it means that He wants you to be there. Tempat di mana kamu berada sekarang adalah ladangmu, kerjakanlah itu. Karena nggak semua orang bisa mengerjakan apa yang kamu kerjakan sekarang. Because you’re there for a purpose and only you can fulfill the purpose. 

No comments:

Post a Comment