Saturday, August 22, 2015

will never enough

"Satu minggu," Kana menerawang menatap anai-anai yang mengerubungi lampu taman rumahnya. Sepuluh ekor. Ia meneguk teh berperisa lemon dalam kemasan yang sejak tadi digenggamnya. Manis dan kecut, seperti rasa yang tengah bermain di hatinya. Sudut bibir Kana tertarik ke atas sepersekian senti. Ia ingin menertawai dirinya sendiri.

"I wish I am not an idiot," Kana menghembuskan napas berat. Angin malam yang berhembus membuat bulu kuduknya meremang. Ia merapatkan jaket yang dikenakannya. Semua akan berbeda jika ia masih di sini. Kana memejamkan matanya rapat-rapat, mengutuki pikiran yang muncul di otaknya. Stop Kana!

"You're not an idiot," Alex berdeham, laki-laki yang sejak tadi duduk di sebelah Kana itu akhirnya menemukan suaranya.

Kana mendengus. Gue bahkan bisa membayangkan dia ada di sini, gue bisa mencium aroma tubuhnya, merasakan hangat napas dan tubuhnya, Lex! "I still can hear his voice everynight before I go to sleep, then tell me I'm not an idiot".

"You're not an idiot," Alex berkata dalam intonasi yang sama seperti sebelumnya.

Kana memejamkan mata, berusaha menahan air matanya. Satu minggu adalah waktu yang cukup lama untuk mengasihani diri sendiri. "Rasanya gue ingin memutar balik waktu, mengulang segalanya dari awal, mencintainya dengan lebih baik".

"Kalau waktu bisa diputar, nggak akan ada orang yang patah hati," Alex merespon. "Nggak akan ada orang kayak lo yang nangis berhari-hari cuma karena seseorang".

"Reo bukan 'cuma' seseorang, " protes Kana. "Dia seseorang. Seseorang yang selama tiga tahun ini udah jadi dunia gue," Kana berbisik.

"Ya, ya, ya," Alex memutar bola matanya. "Kalau gitu kenapa lo putusin dia?"

"Kenapa? Karena dia punya Alya, Lex!" Kana merasa pelipisnya berdenyut, udara di sekitarnya terasa berat.

"Alya bukan pacar Reo. Elo pacar Reo," Alex mengurai kenyataan yang ada. "Alya cuma orang asing yang dijodohin ke Reo oleh orang tuanya. Reo nggak cinta sama Alya".

"Tapi Alya sayang sama Reo," suara Kana bergetar. Ia kalah telak, baik dari Alya maupun dirinya sendiri. "Dan Alya adalah tipe wanita baik-baik".

"Lalu?" Desak Alex.

"Alya lebih cocok buat Reo. Keluarga mereka sama-sama berada dan udah saling kenal. Gaya hidup mereka berdua nggak jauh berbeda. Alya akan mencintai Reo dengan lebih baik daripada gue. Lagipula gue percaya rasa cinta bisa tumbuh. Reo akan bisa mencintai Alya pelan-pelan".

Alex tidak menanggapi.

"I realize that I haven't love him enough, and I'm afraid I can't love him enough. Now you can say that I am an idiot".

"No, you're not an idiot," Alex berkata untuk yang ketiga kalinya. "You just love him, that much 'till you afraid to hurt him".

Air mata Kana akhirnya turun perlahan.


"Karena mencintai orang yang kita cintai nggak akan pernah terasa cukup, Kana. Tapi justru hal itulah yang membuktikan kita benar-benar mencintai seseorang," Alex tersenyum tipis, ia mengusap pelan kepala sahabatnya. "Now when you already know that, don't screw up the next time you fall in love with someone".

picturetakenfrom:pinterest.com

No comments:

Post a Comment