picturetakenfrom:pinterest.com |
“Kamu tahu nggak kira-kira kalau mau nyumbang buku ke mana ya?” | ”Ehm, ke mana ya? Emangnya kita mau nyumbang buku, Ma? | “Iya, buku-buku cerita waktu kamu masih kecil” | “Banyak?” | “Semobil ada kali”
Percakapannya
nggak persis seperti itu sih, tapi yah, kira-kira itu inti pembicaraan saya dan
Mama beberapa pagi yang lalu. Mungkin nggak sampai semobil juga, Mama aja yang
terlalu berlebihan, tapi saya tahu jumlah buku cerita saya memang banyak
banget.
“Untuk
mereka yang di pedalaman pasti berguna banget”.
Waktu
mendengar kalimat itu dari Mama saya merasa sangat beruntung. Bahagia.
Jangankan
dibandingkan dengan teman-teman di wilayah yang sulit dijangkau
pendidikan—tempat di mana buku-buku sulit didistribusikan, saya bahkan merasa
jauh lebih beruntung jika dibandingkan dengan anak-anak kota zaman sekarang
yang kebanyakan tumbuh bersama gadget.
Saya bersyukur waktu saya kecil dulu, teknologi belum secanggih sekarang hingga
saya dapat tumbuh bersama buku. Bersama legenda macam Sangkuriang dan Roro
Jonggrang; bersama dongeng seperti The
Steadfast Tin Soldier, Thumbellina,
dan The Ugling Duckling-nya Hans
Christian Andersen—sampai sekarang buku tebal kumpulan dongeng beliau masih
terpajang manis di lemari buku saya; dan tentu saja, saya senang pernah
mendengar cerita sebelum tidur tentang Yunus, Musa, dan tokoh Alkitab lain dari
Mama—Oh ya, saya masih ingat salah satu buku cerita favorit saya adalah seri
petualangan Alice di negeri Alkitab.
Glad to know that I am addicted to books
since I was a kid. Nggak seperti kebanyakan anak kecil zaman sekarang, atau
contoh nyatanya, adik saya sendiri yang lebih sering main game di iPad atau nonton YouTube. Bukannya saya menentang kemajuan
teknologi, it sure does incredibly useful.
Tapi entah kenapa saya lebih senang melihat anak-anak main bareng dengan
teman-temannya atau membaca dongeng daripada main gadget. Rasanya lebih positif dan membangun aja. Dan menurut saya,
hal ini jadi PR juga ya buat orang tua zaman sekarang. Anyway, I am grateful grown
old-fashioned. J
I love book dan bener, bersyukur masih sempet ngalami masa kecil yang cukup normal terlepas dari gadget heheheh~
ReplyDeletePenasaran dengan buku Alice di negeri Alkitab XD buku itu masih dijual?
Wah, kayaknya udah nggak dijual deh, udah nggak pernah lihat di toko buku soalnya, hehe...
DeleteHans Christian Andersen..oh he's my favourite author. His fairytales rarely end happily, and are so full of emotions. The story about the little match girl got me drenched in tears every time I read it. :)
ReplyDelete