Senyum
Mala langsung mengembang saat kakinya melangkah keluar gerbang sekolah. Ia
memejamkan mata sejenak, menikmati sejuknya angin yang menyentuh kulit.
“Kapan
ya terakhir kali Jakarta sesejuk ini?” gumamnya sambil menengadahkan kepala ke
langit. Gumpalan awan kelabu berarak di atasnya,”Mendung, tapi sama sekali
nggak pengap”.
“Kok
elo bisa sih?” Sona yang sejak tadi berjalan di sebelahnya akhirnya buka mulut.
“Apa?”
alis Mala bertaut, namun ia sama sekali belum bisa menyembunyikan senyumnya.
“Seperti
sekarang ini… Menikmati keadaan,” jawab Sona.
Mala
jadi bingung ditanya seperti itu.
“Emangnya
elo nggak stress apa? Sebentar lagi kan kita ulangan umum, bahannya banyak
banget. Anak-anak yang lain juga makin hardcore
belajarnya. Elo nggak kuatir nggak masuk sepuluh besar?” lanjut Sona saat
sahabatnya itu tak kunjung menjawab.
“Ini
juga lagi usaha kan? Buktinya sekarang kita jalan ke tempat les nya Pak Aryo,”
Mala menanggapi. Belakangan ini Sona dan beberapa teman sekelasnya jadi panikan
banget. Yah... Mala bisa maklum sih, bagi beberapa orang tua murid masa-masa
sebelum ulangan umum adalah waktu yang paling krusial untuk menentukan ranking anaknya, makanya sebagian teman
sekelasnya jadi stress karena tekanan orang tua mereka, termasuk Sona.
“Tapi
elo kelihatannya santai banget,” balas Sona, sedikit banyak ia iri dengan orang
tua Mala yang sama sekali nggak ambil pusing soal peringkat anaknya di kelas.
Yang penting nilai nggak dibawah standar, berapa pun nggak jadi masalah.
“Elo
inget pertama kali kita pengen masuk sekolah ini?” Mala malah bertanya.
“Mana
mungkin lupa? Perjuangan banget tuh,” Sona mengangguk,”Gue sampai nginep di
rumah lo demi belajar bareng”.
Mala
menyetujui,”So, here we are. Kita
akhirnya masuk sini, pakai seragam yang sejak dulu kita idolain. Shouldn’t we at least celebrate it?”
Sona
masih tidak mengerti kemana pembicaraan mereka mengarah.
“Kita
sama-sama tahu masuk sini nggak gampang. Butuh pengorbanan yang nggak sedikit. We are qualified, Son. From now on, this is a battle of lions, and we should be
proud to be part of it. Give yourself
a pat on shoulder—a time to breath.”
“Coba
orang tua gue punya pemikiran yang sama kayak elo ya,” Sona menanggapi.
“Tell
them,” Mala tersenyum.
“No
way,” Sona menggeleng cepat
“Elo
belum pernah nyoba kan? Bilang sama mereka kalau elo ingin menikmati waktu lo
di sekolah ini—hasil kerja keras lo sendiri. Nggak ngoyo bukan berarti nggak berusaha memberikan yang terbaik kan?”
picturetakenfrom:weheartit.com |