"Satu
minggu," Kana menerawang menatap anai-anai yang mengerubungi lampu taman
rumahnya. Sepuluh ekor. Ia meneguk teh berperisa lemon dalam kemasan yang sejak
tadi digenggamnya. Manis dan kecut, seperti rasa yang tengah bermain di
hatinya. Sudut bibir Kana tertarik ke atas sepersekian senti. Ia ingin
menertawai dirinya sendiri.
"I wish I am not an idiot," Kana
menghembuskan napas berat. Angin malam yang berhembus membuat bulu kuduknya
meremang. Ia merapatkan jaket yang dikenakannya. Semua akan berbeda jika ia masih di sini. Kana memejamkan matanya
rapat-rapat, mengutuki pikiran yang muncul di otaknya. Stop Kana!
"You're not an idiot," Alex
berdeham, laki-laki yang sejak tadi duduk di sebelah Kana itu akhirnya
menemukan suaranya.
Kana
mendengus. Gue bahkan bisa membayangkan
dia ada di sini, gue bisa mencium aroma tubuhnya, merasakan hangat napas dan
tubuhnya, Lex! "I still can hear
his voice everynight before I go to sleep, then tell me I'm not an idiot".
"You're not an idiot," Alex berkata
dalam intonasi yang sama seperti sebelumnya.
Kana
memejamkan mata, berusaha menahan air matanya. Satu minggu adalah waktu yang
cukup lama untuk mengasihani diri sendiri. "Rasanya gue ingin memutar
balik waktu, mengulang segalanya dari awal, mencintainya dengan lebih baik".
"Kalau
waktu bisa diputar, nggak akan ada orang yang patah hati," Alex merespon.
"Nggak akan ada orang kayak lo yang nangis berhari-hari cuma karena
seseorang".
"Reo
bukan 'cuma' seseorang, " protes Kana. "Dia seseorang. Seseorang yang selama tiga tahun ini udah jadi dunia
gue," Kana berbisik.
"Ya,
ya, ya," Alex memutar bola matanya. "Kalau gitu kenapa lo putusin
dia?"
"Kenapa?
Karena dia punya Alya, Lex!" Kana merasa pelipisnya berdenyut, udara di
sekitarnya terasa berat.
"Alya
bukan pacar Reo. Elo pacar Reo," Alex mengurai kenyataan yang ada.
"Alya cuma orang asing yang dijodohin ke Reo oleh orang tuanya. Reo nggak
cinta sama Alya".
"Tapi
Alya sayang sama Reo," suara Kana bergetar. Ia kalah telak, baik dari Alya
maupun dirinya sendiri. "Dan Alya adalah tipe wanita baik-baik".
"Lalu?"
Desak Alex.
"Alya
lebih cocok buat Reo. Keluarga mereka sama-sama berada dan udah saling kenal.
Gaya hidup mereka berdua nggak jauh berbeda. Alya akan mencintai Reo dengan
lebih baik daripada gue. Lagipula gue percaya rasa cinta bisa tumbuh. Reo akan
bisa mencintai Alya pelan-pelan".
Alex
tidak menanggapi.
"I
realize that I haven't love him enough, and I'm afraid I can't love him enough.
Now you can say that I am an idiot".
"No, you're not an idiot," Alex
berkata untuk yang ketiga kalinya. "You
just love him, that much 'till you afraid to hurt him".
Air
mata Kana akhirnya turun perlahan.
"Karena
mencintai orang yang kita cintai nggak akan pernah terasa cukup, Kana. Tapi
justru hal itulah yang membuktikan kita benar-benar mencintai seseorang,"
Alex tersenyum tipis, ia mengusap pelan kepala sahabatnya. "Now when you already know that, don't screw
up the next time you fall in love with someone".
picturetakenfrom:pinterest.com |