Wednesday, July 20, 2011

Don't Live On The Freeway


Belakangan ini, kalau tidak sedang menyetir saya lebih memilih lewat jalan protokol daripada jalan bebas hambatan. Memang, hal itu berarti saya harus rela bermacet-macet ria di jalanan ibukota. Bukannya saya pelit karena tidak mau membayar uang tol, tapi saya menemukan hal menarik yang tidak akan saya dapatkan apabila melewati jalan bebas hambatan. Ketika mobil saya berhenti di tengah kemacetan Jakarta, melalui jendela di sebelah saya, saya dapat melihat banyak hal. Entah itu penjual koran atau minuman, anak-anak jalanan yang mengamen, pedagang kaki lima, pejalan kaki, sampai waria. Intinya saya jadi bisa menyaksikan potongan kehidupan yang tidak pernah saya hidupi. Melihat orang-orang tersebut merupakan suatu pembelajaran tersendiri. Kadang mereka mengingatkan saya untuk bersyukur, kadang mereka membuat saya berhenti mengeluh, dan di lain kesempatan mereka membuat saya sadar bahwa kebahagiaan adalah milik semua orang tanpa memandang status ekonomi.

Hari ini saya berpikir, mungkin sebenarnya hidup kita juga seperti itu ya.

Ada momen-momen yang kita lewati ketika kita lebih memilih jalan yang lancar, bebas hambatan.

Padahal tanpa kita sadari, momen itulah yang sedikit banyak dapat membentuk pribadi kita menjadi lebih baik. Sebaliknya, saat kita memilih jalan yang lebih lambat dan penuh rintangan, kita sering kali dipaksa untuk berhenti. Tidak jarang juga kita menjadi marah atau kesal, sama seperti saat kita terjebak macet. Tapi justru saat itulah yang menjadi kesempatan kita untuk belajar dan merenung. Mengambil waktu sejenak untuk melihat kembali hidup kita dan tentu saja memperbaikinya.


phototakenfrom: fyeahvictorious.tumblr.com

No comments:

Post a Comment