picturetakenfrom:pinterest.com |
Ellis
menatap butiran air yang membasahi jendela di sebelahnya. Di luar sana hujan
mengguyur tanpa ampun. Pengendara-pengendara motor menepi menunggu hujan reda.
Para pejalan kaki yang berpayung melangkah dengan hati-hati. Bocah-bocah kecil
berlarian dan tertawa lepas tanpa alas kaki. Semuanya tampak sibuk dengan
urusan masing-masing. Ia bertanya-tanya apa yang sedang dirasakan orang-orang
di luar sana. Bersyukur karena akhirnya hujan turunkah? Memaki hujan yang turun
tiba-tibakah? Atau… merasa rindu karena hujan membuat mereka teringat pada
seseorang yang mereka kasihi?
Seperti
dirinya sekarang.
Suara
samar lagu natal yang mulai diputar di Kaftee&Bun membuat Ellis semakin
terlarut. Padahal masih awal November, namun suasana natal sudah kental terasa
di kafe langganannya itu. Ellis tersenyum pahit. Seharusnya ia menikmati momen
ini, saat di mana ia dapat menikmati coklat panas favoritnya di pinggir jendela
tanpa harus merasa kepanasan oleh sinar matahari yang menembus masuk. Seharusnya
ia dapat menikmati syahdunya suasana natal ditemani rintik hujan yang
menyejukkan. Seharusnya… Ellis menatap layar laptop yang sejak tadi menyala
tanpa disentuhnya. Seluruh niatnya mengerjakan paper tiba-tiba hilang, berganti dengan rasa rindu yang teramat
sangat.
Pintu
masuk terbuka.
Seorang
laki-laki dengan hoodie hitam
melangkah masuk. Sosoknya mengingatkan Ellis pada seseorang. Ia membayangkan
orang itu melangkah masuk melalui pintu, berjalan ke arahnya dengan senyum
jenakanya yang khas. Ia membayangkan sosok itu duduk di hadapannya,
mencondongkan tubuhnya di atas meja, bercerita tentang harinya yang
membosankan. Mereka tersenyum, tertawa, berbincang, dan saling bertukar cerita.
Ellis
menggigit bagian bawah bibirnya hingga rasa asin bercampur besi menyentuh
lidahnya. Air mata mulai menyesaki sudut matanya. Butuh lebih dari sekadar rasa
sakit untuk membuatnya melupakan sosok itu. Butuh lebih dari sekadar
beribu-ribu kilometer untuk membuatnya berhenti memikirkan apa yang selama ini menyesaki hatinya. Untuk membuatnya
lupa bahwa Natal seharusnya menjadi waktu baginya untuk pulang. Untuk
membuatnya mengenyahkan kenangan-kenangan Natal yang pernah mereka habiskan
bersama.
Tapi
tahun ini adalah akhir dari segalanya. Natal tahun ini adalah perhentian
terakhir dari cerita mereka. Ellis membuka halaman emailnya dan mengetik
sebuah pesan baru di sana.
To: Levi
(a.levi@mail.com)
Subject:
Happy Christmas :)
Hey,
happy early Christmas! Hope you enjoy your Christmas this year; I’ll try to
enjoy mine too. Tons of wishes for both of us to find a new wonderful journey,
right?
Prettige
kerstdagen!
No comments:
Post a Comment