Thursday, September 19, 2013

simplifying love


with eyes closed,
i witnessed my own pair of eyes
setting free millions of fireflies,
like leaves bidding farewell to it’s trees.

the fireflies gathered at the tips
of my fingers and planted their last kiss
before taking flight, glittering the night sky

the fireflies fled far and wide
in search for your eyes.

eyes closed for another pair of closed eyes.
conspired by nature and night.

and you thought the fireflies
that flew into your eyes formed a dream,
the one you kept guessing the meaning of.

but in time you will know,
whenever a firefly lands on petals of your cheeks
that very moment it is i whom you think of.

-@hurufkecil

boleh aku menyederhanakan cinta? aku tahu cinta bukan pecahan matematika yang bisa disederhanakan hingga bilangan terkecil, bukan kalimat-kalimat rumit dalam buku teks yang sering kubaca, bukan pula teori filsafat yang sulit dipahami. tapi, boleh aku menyerderhanakannya?

sesederhana anak-anak yang bicara tentang cinta. tidak perlu adalah istilah-istilah rumit seperti bertepuk sebelah tangan, pemberi harapan palsu, atau galau karena cinta. memangnya kenapa dengan semua itu? bukankah semua bahasa itu hanyalah manifestasi eros yang meminta pamrih? manufaktur dari rasa cinta yang minta dibalas? tidak bisakah kita bicara sederhana tentang cinta? sesederhana menikmati rasanya mencintai dan dicintai.

sesederhana menikmati rasanya jatuh cinta. sesederhana mensyukuri ada orang yang mencintaimu. sesederhana merasa senang saat melihat orang yang kita cinta bahagia, sesederhana rasa malu-malu saat berbincang dengannya. sesederhana menikmati suara jantungmu yang keluar irama, sesederhana membayangkannya sebelum tidur. sesederhana itu saja. bisa?

No comments:

Post a Comment