with
eyes closed,
i
witnessed my own pair of eyes
setting
free millions of fireflies,
like
leaves bidding farewell to it’s trees.
the
fireflies gathered at the tips
of
my fingers and planted their last kiss
before
taking flight, glittering the night sky
the
fireflies fled far and wide
in
search for your eyes.
eyes
closed for another pair of closed eyes.
conspired
by nature and night.
and
you thought the fireflies
that
flew into your eyes formed a dream,
the
one you kept guessing the meaning of.
but
in time you will know,
whenever
a firefly lands on petals of your cheeks
that
very moment it is i whom you think of.
-@hurufkecil
boleh
aku menyederhanakan cinta? aku tahu cinta bukan pecahan matematika yang bisa
disederhanakan hingga bilangan terkecil, bukan kalimat-kalimat rumit dalam buku
teks yang sering kubaca, bukan pula teori filsafat yang sulit dipahami. tapi,
boleh aku menyerderhanakannya?
sesederhana
anak-anak yang bicara tentang cinta. tidak perlu adalah istilah-istilah rumit
seperti bertepuk sebelah tangan, pemberi harapan palsu, atau galau karena
cinta. memangnya kenapa dengan semua itu? bukankah semua bahasa itu hanyalah
manifestasi eros yang meminta pamrih? manufaktur dari rasa cinta yang minta
dibalas? tidak bisakah kita bicara sederhana tentang cinta? sesederhana
menikmati rasanya mencintai dan dicintai.
sesederhana
menikmati rasanya jatuh cinta. sesederhana mensyukuri ada orang yang
mencintaimu. sesederhana merasa senang saat melihat orang yang kita cinta
bahagia, sesederhana rasa malu-malu saat berbincang dengannya. sesederhana menikmati
suara jantungmu yang keluar irama, sesederhana membayangkannya sebelum tidur.
sesederhana itu saja. bisa?
No comments:
Post a Comment