It was dark and gloom the first time I saw
you
There’s no light, no sparks, all the shines
seem fade away
But there is something inside you
I know there is something inside you
“Waktu
itu pertengahan Juli. Semester dua kelas sepuluh. Jam pelajaran pertama—kimia.
Bukan waktu yang lazim untuk seorang anak pindahan. Tapi di sana elo berdiri.
Di depan papan tulis dengan wajah tertunduk dalam-dalam.”
I am dying to hear the voice of yours
Why those little eyes seems ready to shade
tears any time
But there is something inside you
I know there is something inside you
“Baru
kali ini gue ketemu anak sependiam elo. Satu minggu, dan gue cuma pernah dengar
suara lo dua kali. Pertama waktu perkenalan diri. Kedua, waktu nama lo
dipanggil untuk ngejawab pertanyaan sejarah.”
They say you are a bad luck
A curse comes in a form of a little angle
But there is something inside you
I know there is something inside you
“‘Si
nomor 37’, ‘Si gagu’ begitu mereka memanggil lo. Apa lo nggak pernah marah?
Nggak pernah sakit hati? Kenapa elo selalu pake cardigan abu-abu ke sekolah? Elo tau apa yang mereka bilang tentang
lo? Mereka bilang bokap lo tukang judi dan pecandu, sedang nyokap lo kabur dari
rumah dan menikah lagi. Mereka bilang buah jatuh nggak akan jauh dari pohonnya.
Mereka bilang lo pake cardigan untuk
nutupin bekas-bekas suntikan di tangan lo.”
People can say whatever they want
You can endure as much as you like
But there’s something inside you
I know there is something inside you
“Masa
bodo dengan semua yang mereka bilang. Benar atau salah, gue nggak peduli. Gue
cuma mau satu. Jadi teman seseorang bernama Arianna, boleh kan?”
Diam.
Namun akhirnya dia mendongak. Setelah gue berceloteh panjang lebar, akhirnya dia
berani menatap gue.
“’Arie’,
panggil gue Arie. Nyokap gue nggak kabur dari rumah untuk menikah sama orang
lain. Nyokap gue ada di rumah dan akan terus di rumah karena lumpuh setelah
jatuh didorong dari tangga. Bokap gue pelaku kekerasan rumah tangga dan
sekarang di penjara. Dan ini—“ Arie menarik lengan cardigannya. Penuh luka
sayatan di mana-mana. “Usaha gue untuk bunuh diri. Elo orang pertama yang
ngotot ngobrol sama gue. Sekarang, setelah lo tau semuanya, masih mau jadi
teman gue?”
Gue
menatap luka-luka itu lama. “Rie,” Tenggorokan gue tercekat,”Pulang sekolah mau
makan es krim bareng? Gue tahu tempat yang enak di dekat sini”.
Arie
terlihat bingung dengan respon gue yang terdengar keluar jalur.
“Elo
suka es krim?” tanya gue lagi,”Gue suka, dan gue lagi pengen senang-senang hari
ini, apalagi kita baru aja selesai pekan ulangan. Temenin gue makan es krim yuk
hari ini?”
Arie
masih terpaku, namun akhirnya ia mengangguk.
“Great! Ngomong-ngomong lengan lo itu—“
“Tenang
aja, gue udah berhenti,” Arie memotong ucapan gue. “Makanya gue masuk sekolah.
Buat ngelanjutin hidup”.
I want to break those chains of yours
Loving you like no one before
With me you will be just fine
Let me be your remedy
Because there’s something inside you
I know there is something inside you
“When someone loves you, the way they say
your name is different. You just know that your name is safe in their mouth.”—Arianna
No comments:
Post a Comment