“Bedtime storyyy!!” Megan berseru nyaring
saat Sessa membuka pintu kamarnya. Gadis berusia lima tahun dalam balutan
piyama pink itu mengangkat kedua tangannya riang.
“Bedtime story!!!” seruan Ethan dari
ranjang di sebelahnya menyusul. Bocah empat tahun itu beranjak turun dari
ranjang Thomas & friends-nya, dan naik ke ranjang milik Megan yang
didominasi warna pink.
“Jadi,
cerita apa malam ini?” Sessa tersenyum melihat keduanya begitu bersemangat.
“Putri
Balerina dan Pangeran Gula Kapas!” seru keduanya serentak. Megan dengan cepat
menarik laci di samping tempat tidurnya dan menarik sebuah buku sketsa hitam
besar—milik Ezra.
Sessa
tertawa kecil, “Oke, oke.” Ia meraih buku sketsa tersebut, sementara Megan dan
Ethan otomatis bergeser ke tepi tempat tidur, memberi ruang bagi Sessa untuk
duduk di tengah mereka.
“Kisah
mana yang mau kita dengar malam ini?” Sessa menatap Ethan dan Megan bergantian.
“One fine day!” jawab Megan antusias.
“The great escape lebih seru!” Ethan
tidak mau kalah.
“Tapi
‘the great escape’ baru dibaca minggu
lalu,” debat Megan.
“One fine day juga udah sering dibaca,”
balas Ethan.
“Sudah,
sudah,” Sessa menengahi keduanya. “Bagaimana kalau hari ini kita dengarkan
kisah favorit Mama?”
“The first encounter!” keduanya berseru
serempak, lalu mengangguk.
Sessa
membuka halaman pertama dari buku sketsa tersebut. Sebuah gambar gadis kecil
dengan rok tutu yang sedang menari di depan cermin menyambut mereka.
“Once upon a time, there’s a girl who loves
dancing,” Sessa membuka ceritanya. “We
can call her—“
“A ballerina princess,” Ethan menjawab.
Sessa
membalik halaman selanjutnya—seorang gadis kecil yang tengah mengikat sepatu
baletnya dengan raut murung. “Tapi bahkan putri ballerina sekali pun bisa bosan
sesekali. Hari ini putri ballerina sedih, ia tidak mau menari karena seharusnya
ia pergi ke pesta ulang tahun saudaranya”.
“But ballerina princess is a dancer, and she
has to dance, right?” kali ini Megan yang berkomentar.
“Right,” Sessa membalik halaman
bukunya—seorang gadis kecil yang sedang menari di pesta pernikahan,”The dance wasn’t good because she didn’t
enjoy it. But then…”
“A boy came,” Megan membalik buku di
pangkuan Sessa.
“Pangeran
gula kapas,” sambar Ethan saat melihat gambar seorang bocah laki-laki tengah
menyodorkan gula kapas pada gadis kecil tersebut.
“Yep, and he offered the little girl the
most appealing cotton candy in the world,” Sessa menlanjutkan ceritanya,”And what’s happen next?”
“The girl smiled, and gave her corsage to
thank him,” Megan menjawab.
“But then they didn’t meet each other for
nine years.” Ethan melanjutkan.
“And when they finally met, the ballerina
princess don’t dance anymore,” Sessa menimpali. “And the cotton candy prince don’t eat sweets anymore”.
“So, what is it that made the two of them
recognize each other?” Sessa bertanya.
“The boy still keeps the corsage the girl
gave him!” Ethan menunjuk gambar selanjutnya.
“And they dance together, and eat cotton
candy,” sambung Megan.
“And they live happily ever after,”
tutup ketiganya bersamaan.
“Good,” Sessa menutup buku sketsanya.
“Sekarang waktunya tidur.” Ia beranjak dari tempat tidur Megan, menyelimuti
putri kecilnya dan mengecup keningnya, lalu melakukan hal yang sama pada Ethan.
“Good night,” Sessa mematikan lampu kamar
sebelum akhirnya menutup pintu.
“Kerjaan?”
tanya Sessa saat mendapat Ezra sedang mengetik di ruang tengah.
“Iya,
presentasi produk untuk besok,” Ezra menutup laptopnya,”Tapi udah selesai kok”.
“Kamu
harus gambar lebih banyak lagi,” Sessa menyodorkan buku sketsa yang dipegangnya
pada Ezra,”Megan dan Ethan mulai kehabisan cerita”.
“Remember the deal? One story for one
special occasion,” Ezra menaikkan alisnya,”It used to be one story on each of our anniversary, and we start to
compensate it to one story on each of our birthday.”
“Tapi
ulang tahun Megan dan Ethan baru aja lewat, dan ulang tahun kita masih lama. And so does our anniversary.”
“Then you have to wait. It won’t be a special
gift anymore if I draw it everyday”. Ezra tersenyum, teringat saat pertama
kali menggambar cerita mereka dalam buku sketsa tersebut.
“Okay, okay. Ngomong-ngomong kamu nggak
mau coba kirim cerita-cerita itu ke penerbit? Lumayankan bisa jadi pemasukan
tambahan,” Sessa memberi saran.
“Our stories are not for sale, Ses. It’s our very own treasure. And now, why
don’t you tell me your story today?”
“Love is like a little old woman and a
little old man who are still friends even after they know each other so well.”—Sessa
& Ezra
No comments:
Post a Comment