Setelah dua tahun lebih kuliah kedokteran, saya
berkesimpulan: ‘saya belum bisa apa-apa’. Kadang-kadang saya suka bingung dan bertanya-tanya sendiri
‘apa aja sih yang udah saya pelajari?’ Pada kenyataannya mendiagnosis nggak semudah yang
dibayangin. Menyingkirkan diagnosis satu per satu untuk mendapat sebuah
diagnosis yang pasti itu nggak gampang. Butuh latihan. Dan karena saya belum
masuk ko-ass, latihannya tentu saja hanya sebatas soal di atas kertas—nggak ada
apa-apanya dibanding berhadapan langsung dengan pasien.
Lalu, kalau sudah tahu diagnosisnya, obatnya apa? Apa yang
bisa kita lakukan? Gimana cara menghadapi pasien dengan segala kekhawatiran
mereka? How can I save their lives?
Dan saya akan selalu kembali kepada pertanyaan yang sama,
‘apa sih yang udah saya pelajari? Apa yang saya dapat selama dua tahun ini?’
Kalau mau jujur, selama dua tahun ini saya belajar tentang
sederetan penyakit masing-masing dengan faktor risiko, epidemiologi, gejala,
patofisiologi, cara diagnosa, dan terapinya.
Yang saya dapat?
Parno.
Dan untungnya, saya dapat satu hal lagi.
Lebih banyak bersyukur. Salah satunya adalah karena ini:
Saya selalu kagum ketika mempelajari siklus kehidupan
manusia. Bagaimana seseorang diciptakan dengan cara yang begitu ajaib, rumit, sekaligus
menakjubkan. Nggak mudah bagi sebuah sperma untuk bertemu dengan ovum, dan
ketika itu sudah terjadi, ada serangkaian tahap yang masih harus dihadapi oleh
calon individu. Ketika belajar, saya jadi tahu bahwa ada terlalu banyak hal
yang bisa menjadi salah dalam pembentukan seorang manusia. Ada terlalu banyak celah
untuk kesalahan tercipta, dan kita sebagai manusia, terlalu rapuh untuk bisa
mencegahnya.
Jadi kalau hari ini kita bisa hidup, bersyukurlah. Karena
kejadian kita bukan sebuah kebetulan. Dan kalau kita terlahir tanpa cacat,
bersyukurlah. Karena percaya deh, ada banyaaaaak banget kemungkinan bagi kita
untuk terlahir tidak sempurna.
For you created my inmost being;
you knit me together in my mother’s womb.
I praise you because I am fearfully and wonderfully made;
your works are wonderful, I know that full well.
My frame was not hidden from you
when I was made in the secret place,
when I was woven together in the depths of the earth.
Your eyes saw my unformed body;
all the days ordained for me were written in your book
before one of them came to be.
How precious to me are your thoughts, God!
How vast is the sum of them!
Were I to count them,
they would outnumber the grains of sand—
when I awake, I am still with you.
No comments:
Post a Comment