“Mungkin
begini ya perasaan dia sama gue dulu?” Katanya lewat telepon malam itu.
“Begini
gimana?” Saya mengernyit, meski tahu lawan bicara saya tidak dapat melihatnya.
“Nggak
punya perasaan apa-apa, tapi takut menolak, takut nyakitin karena orang itu
terlalu baik sama gue. Mungkin dulu perasaan dia ke gue sama seperti perasaan
gue ke orang itu,” ia berhenti sejenak. “Rasanya sekarang gue bisa mengerti
keputusan dia untuk menghindari gue. Sama kayak gue sekarang pengen banget
menghindari ‘orang itu’”
“Perasaan
orang kan siapa yang tahu?” Saya menanggapi. “Apa yang dia rasakan dulu belum
tentu sama kayak yang elo rasakan sekarang.”
“Iya
sih. Tapi rasanya sekarang gue bisa menerima keputusan dia”.
“Manusia
memang perlu memakai ‘sepatu’ orang lain dulu ya untuk bisa saling memahami?”
No comments:
Post a Comment