picturetakenfrom:pinterest.com |
Kania
menghempaskan tubuhnya di sofa Kaftee & Bun sore itu. Dengan sembarangan ia
melempar ransel dan text book yang
dibawanya kemana-mana sejak pagi.
“Kuliah
capek banget ya. Gue pikir bakal lebih lowong. Tapi, ternyata sekolah di tambah
les mat, fisika, dan kimia, ternyata masih lebih menyenangkan”.
Maria
mengaduk-aduk chocolate blend-nya,
sambil sesekali mengecek email yang masuk di laptopnya. “We grow up, Darl. Enjoy it”.
Kania
menyeruput caramel macchiato yang
sudah dipesankan Maria. Sahabatnya itu memang nggak pernah lupa kesukaannya.
Makanya, ia paling menantikan saat-saat seperti ini. Saat dimana ia bisa
bercerita—dan mengeluh tentang apa saja tanpa perlu disensor lebih dulu, saat
dimana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus peduli pendapat orang. Maria
akan duduk, tersenyum, mendengarkan, sambil sesekali menanggapi dengan gaya
khasnya, dan tentu saja balik bercerita tentang kehidupannya.
“Kangen
juga ya. Gue rindu saat kita duduk sebangku dan bergosip di tengah-tengah
pelajaran. Atau saat kita mengomentari setiap cowok yang lewat di depan kelas
selama jam istirahat,” Kania melayangkan pandangan ke luar jendela. “Gimana fashion show lo kemarin di Jakarta
Fashion Week? Sukses kan? Sori ya gue nggak bisa dateng, jadwal gue padet
banget”.
“It was superb, Kan!” Mata Maria
berbinar-binar,”Stage pertama gue
nih, dan rasanya thrilled banget
ngeliat desain gue di pake model catwalk.”
Kania
ikut senang mendengarnya. Ia tahu jadi fashion
designer adalah mimpi Maria sejak SMP, sahabatnya itu selalu aja menggambar
baju di sela-sela pelajaran kalau sedang jenuh. “Elo tahu? Gue selalu
berpendapat bahwa orang yang berani mengejar mimpinya itu keren, cool. Dan kalau ngeliat orang itu
berhasil rasanya jadi ikutan senang.”
“Elo
juga kan? Elo kan juga sedang mengejar mimpi lo,” Maria mencondongkan tubuhnya.
“I don’t know,” Kania mengangkat
bahunya,”Dulu gue kira jadi arsitek itu keren. Tapi, kok kayaknya sekarang gue
mulai bosan ya? Gue capek begadang tiap malam buat bikin maket. Jenuh, sama
kelas studio yang rasanya lamaaa banget. Belum lagi masalah gue ama Niko. Ibu
yang selalu ngomel kalau gue pulang malem. My
life is like a maze right now, I don’t know if I can get out”.
“Everything has a way out, Kan. Sekalipun
sekarang kayak labirin, semua labirin dibuat dengan jalan keluar kan? Labirin yang
terumit sekalipun,” tutur Maria,”Sekali pun sekarang nggak kelihatan. Get lost, and enjoy the process. You’ll miss
it when you get out”.
No comments:
Post a Comment