picturetakenfrom:weheartit.com |
“Happy birthday!” Seorang gadis berkuncir
kuda menyerahkan sekotak kado kepada temannya lalu berlari pergi.
Gadis
yang duduk di bangku taman menatap hadiahnya lama sebelum membukanya. Baru kali
ini ada teman sekelas yang memberinya kado. Ia melihat isinya. Satu detik. Dua
detik. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
“Kok
nangis?” Sebuah suara di telinganya membuatnya terkejut.
Gadis
itu hanya diam. Membiarkan air matanya menetes ke dalam kotak, membasahi hadiah
yang ia terima.
“Baru
kali ini lihat orang nangis karena dikasih kado,” cowok yang berdiri di
belakangnya kini duduk di sebelahnya. Ia melongok ke dalam kotak tersebut, lalu
beralih ke gadis yang terisak di sampingnya. Ia terdiam. Dua jepit pita
berwarna merah muda dan rambut botak, bukan kombinasi yang bagus.
“Ah!”
Sebuah ide datang ke kepala cowok itu. Ia melepas topi baseball-nya dan memakaikannya di kepala gadis itu.
Gadis
itu membelalak, namun cowok di sebelahnya tidak peduli. Ia mengambil kedua
jepit di dalam kotak, lalu menjepitnya di sisi kiri topi.
“Coba
lihat!” Cowok itu menangkupkan kedua telapaknya di wajah gadis itu, membuatnya
terpaksa menoleh.
“Curang!
Elo cantik sendiri!” Cowok itu mengambil satu jepit di topinya, lalu
menjepitnya di rambutnya sendiri. “Nah, sekarang kita sama-sama cantik!”
Gadis
itu menatap cowok berjepit merah muda di hadapannya. Perlahan, senyumnya
mengembang.
“Pinjam
ini!” Cowok itu mengambil ponsel yang berada di pangkuan gadis itu. “Sini!” ia
menarik gadis itu mendekat hingga bahu mereka bersinggungan. “Senyum! Satu,
dua, tiga!”
Cowok
itu memperlihatkan hasil fotonya. “Bagus kan? Elo cantik”.
Gadis
itu menatap layar ponselnya sejenak, lalu tertawa. “Elo juga,” balasnya sambil
tergelak.
“Thank you,” ujar gadis itu ketika
tawanya reda.
“For?”
“For not making fun of me”.
“You are not a joke”.
“Maria,”
gadis itu mengulurkan tangannya.
“Raka”.
“Raka,”
Maria melafalkan namanya. “Gue nggak pernah lihat elo”.
“Nenek
gue tinggal di kompleks ini. Gue datang sebulan sekali,” Raka menatap wajah Maria
lekat,”Elo—“
“Limfoma,
stadium dua”.
“I’m not asking about your cancer,” Raka
tertawa kecil,”Elo nggak marah?”
Maria
tertegun. Untuk pertama kalinya ada yang lebih tertarik terhadap dirinya
daripada kankernya. “Marah?”
“Cewek
yang tadi. Dia sengaja kan?”
“Tapi
karena dia gue bisa kenal elo,” Maria tersenyum.
“Kapan-kapan
kalau elo digangguin lagi, cerita sama gue. Biar gue bikin mereka nyesel”.
Maria
tertawa,”Elo tau? For the first time
there is someone who took my side. Gue baru tahu rasanya semenyenangkan
ini”.
Raka
tersenyum lembut. Untuk pertama kalinya ia merasa puas telah membuat seseorang
tertawa.
“Raka!”
sebuah teriakan terdengar dari seberang taman.
“Ah,
itu bokap gue! Gue rasa udah waktunya gue pulang,” Raka bangkit.
“Ini,”
Maria melepas topi pemberian Raka, namun cowok itu mencegahnya. “Simpan aja.
Gue ambil bulan depan. It’s your birthday
after all, you have to look pretty”.
“Terima
kasih,” Maria tersipu, ia melambai kecil.
Raka
berlari menjauh, lalu tiba-tiba berbalik dan berteriak,”HAPPY BIRTHDAY!”
Seulas
senyum lebar menghiasi wajah Maria. Ia mengamati punggung Raka yang perlahan
menghilang di tikungan. “Sampai jumpa lagi”.
love it!
ReplyDeleteLOVE IT!
ReplyDelete