Monday, February 2, 2015

let His name be lifted up

It’s amazing, when God wants you to do something, He’ll do anything, I mean anything.

Kejadiannya sekitar satu bulan yang lalu, ketika seorang teman mengajak saya untuk menulis tentang kekristenan di web miliknya. Dalam situasi normal mungkin saya akan segera mengiyakan tawaran tersebut. Menulis? Itu adalah hal yang akan saya lakukan tanpa berpikir dua kali. Namun, entah mengapa waktu itu saya menangguhkan tawaran itu. Entah mengapa waktu itu saya merasa ragu. Takut. Saya takut pemahaman saya tentang kekristenan tidak seberapa dibandingkan orang lain. Saya takut pengalaman saya dengan Tuhan tidak sebesar dan se’wah’ pengalaman orang lain. Dan karena itu saya takut tulisan saya akan terkesan dangkal.

Ketika saya akhirnya mengiyakan tawaran tersebut saya masih merasa ragu, sampai suatu malam, entah mengapa saya tiba-tiba ingin membuka akun twitter saya yang sudah lama sekali tidak saya buka. Dan saya menemukan sebuah tweet yang ditujukan pada saya, begini penggalan isinya:

@cthurmanita: Missing @priscilstevanni’s writing makes me re-reading all short stories in her blog…

Saya tidak mengenal Carla, tapi tweet-nya hari itu benar-benar membangkitkan semangat saya. Rasanya benar-benar melebihi apa pun saat mengetahui ada orang yang benar-benar menyukai dan menghargai tulisan saya. (Thank you Carla, from the deepest of my heart!) Malam itu saya menceritakan semua kekhawatiran saya pada seseorang, tentang tawaran menulis yang saya terima—dan sudah saya setujui meskipun ragu-ragu, tentang alasan dibalik keragu-raguan saya, tentang tweet yang baru saja saya terima. Dan orang tersebut bilang seperti ini,”Kalau menurut aku, sih, Cil, bukan seberapa bagus tulisan yang membuat tulisan itu menjadi berkat atau nggak, tapi seberapa siap hati orang yang membacanya”.

Lalu malam itu saya saat teduh dan berdoa. Dan, renungan malam itu membuat saya semakin luluh—I could feel He’s speaking to me. Judulnya ‘Storyteller’, intinya mengajak kita sebagai anak Tuhan untuk nggak diam aja saat sudah mengalami Tuhan dalam kehidupan kita, tapi juga membagikannya untuk orang lain. 

Malam itu saya nggak bisa bilang ‘nggak’ lagi. It’s my calling to write. Perkara apakah tulisan saya bisa menjadi berkat atau tidak, saya berserah—setelah berusaha menulis sebaik mungkin tentunya :)

2 comments: