Friday, March 1, 2013

Botak Cantik


picturetakenfrom:weheartit.com


Happy birthday!” Seorang gadis berkuncir kuda menyerahkan sekotak kado kepada temannya lalu berlari pergi.

Gadis yang duduk di bangku taman menatap hadiahnya lama sebelum membukanya. Baru kali ini ada teman sekelas yang memberinya kado. Ia melihat isinya. Satu detik. Dua detik. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

“Kok nangis?” Sebuah suara di telinganya membuatnya terkejut.

Gadis itu hanya diam. Membiarkan air matanya menetes ke dalam kotak, membasahi hadiah yang ia terima.

“Baru kali ini lihat orang nangis karena dikasih kado,” cowok yang berdiri di belakangnya kini duduk di sebelahnya. Ia melongok ke dalam kotak tersebut, lalu beralih ke gadis yang terisak di sampingnya. Ia terdiam. Dua jepit pita berwarna merah muda dan rambut botak, bukan kombinasi yang bagus.

“Ah!” Sebuah ide datang ke kepala cowok itu. Ia melepas topi baseball-nya dan memakaikannya di kepala gadis itu.

Gadis itu membelalak, namun cowok di sebelahnya tidak peduli. Ia mengambil kedua jepit di dalam kotak, lalu menjepitnya di sisi kiri topi.

“Coba lihat!” Cowok itu menangkupkan kedua telapaknya di wajah gadis itu, membuatnya terpaksa menoleh.

“Curang! Elo cantik sendiri!” Cowok itu mengambil satu jepit di topinya, lalu menjepitnya di rambutnya sendiri. “Nah, sekarang kita sama-sama cantik!”

Gadis itu menatap cowok berjepit merah muda di hadapannya. Perlahan, senyumnya mengembang.

“Pinjam ini!” Cowok itu mengambil ponsel yang berada di pangkuan gadis itu. “Sini!” ia menarik gadis itu mendekat hingga bahu mereka bersinggungan. “Senyum! Satu, dua, tiga!”

Cowok itu memperlihatkan hasil fotonya. “Bagus kan? Elo cantik”.

Gadis itu menatap layar ponselnya sejenak, lalu tertawa. “Elo juga,” balasnya sambil tergelak.

Thank you,” ujar gadis itu ketika tawanya reda.

For?”

For not making fun of me”.

You are not a joke”.

“Maria,” gadis itu mengulurkan tangannya.

“Raka”.

“Raka,” Maria melafalkan namanya. “Gue nggak pernah lihat elo”.

“Nenek gue tinggal di kompleks ini. Gue datang sebulan sekali,” Raka menatap wajah Maria lekat,”Elo—“

“Limfoma, stadium dua”.

I’m not asking about your cancer,” Raka tertawa kecil,”Elo nggak marah?”

Maria tertegun. Untuk pertama kalinya ada yang lebih tertarik terhadap dirinya daripada kankernya. “Marah?”

“Cewek yang tadi. Dia sengaja kan?”

“Tapi karena dia gue bisa kenal elo,” Maria tersenyum.

“Kapan-kapan kalau elo digangguin lagi, cerita sama gue. Biar gue bikin mereka nyesel”.

Maria tertawa,”Elo tau? For the first time there is someone who took my side. Gue baru tahu rasanya semenyenangkan ini”.

Raka tersenyum lembut. Untuk pertama kalinya ia merasa puas telah membuat seseorang tertawa.

“Raka!” sebuah teriakan terdengar dari seberang taman.

“Ah, itu bokap gue! Gue rasa udah waktunya gue pulang,” Raka bangkit.

“Ini,” Maria melepas topi pemberian Raka, namun cowok itu mencegahnya. “Simpan aja. Gue ambil bulan depan. It’s your birthday after all, you have to look pretty”.

“Terima kasih,” Maria tersipu, ia melambai kecil.

Raka berlari menjauh, lalu tiba-tiba berbalik dan berteriak,”HAPPY BIRTHDAY!”

Seulas senyum lebar menghiasi wajah Maria. Ia mengamati punggung Raka yang perlahan menghilang di tikungan. “Sampai jumpa lagi”.

2 comments: