Monday, January 23, 2012

Merindukanmu Itu Seru!


“Aku berangkat dulu ya,” Keila menaruh tangannya di kenop pintu mobil. Di belakangnya terlihat pemandangan bandara Soekarno-Hatta yang sibuk pagi itu.

Be Safe,” Arya menggenggam tangan gadis itu.

Keila membalasnya,”I’ll miss you”.

I am missing you right now,” Arya menekankan, lalu mengecup bibir Keila dalam, lama. Seolah dengan begitu waktu dapat berhenti untuk mereka.

“Aku harus kerja,” Keila mendorong tubuh Arya halus,”See you next week. Bye”.

*
Arya terbangun oleh suara dering ponselnya yang terletak di samping tempat tidur. Ia melirik siapa penelepon yang mengganggu tidur sorenya. Kania.

“Kamu nggak lupa janji kita kan?” suara wanita di seberang memenuhi rongga telinganya.

Arya beranjak dari tempat tidur, dan membuka lemari pakaian. “Tentu nggak dong, Sayang. Aku jemput kamu satu jam lagi ya. Bye”.


Kania memeluk lengan Arya mesra tatkala mereka tiba di sebuah club. Gadis itu mengenakan terusan pendek biru dongker, dengan belahan dada rendah.

“Ah, itu mereka!” Kania melambaikan tangan dengan gaya kenesnya ke sudut ruangan.

“Arya,” salah satu laki-laki yang duduk di sofa menyambutnya. Dua wanita yang tidak kalah seksi dengan Kania mengapitnya.

“Vitho,” balas Arya. “Udah lama? Sori telat.”

“Santai aja, Danu juga belum nyampe”. Vitho memberikan segelas liquor pada Arya, sementara Kania sudah bersandar manja di dadanya.

Tidak sampai lima menit, Arya sudah larut dalam suasana. Ia menikmati malam itu, menikmati minumannya, menikmati musik yang mengentak, dan tentu saja menikmati sentuhan-sentuhan yang Kania berikan padanya.

Ia tenggelam, dan tidak ingin cepat-cepat muncul ke permukaan.

Namun getaran ponselnya mengganggu kenikmatannya. Keila.

“Hai, Kei,” Arya menjawab, berusaha menjaga intonasinya senormal mungkin.

“Hei, Arya. Kamu lagi di mana? Kok berisik banget?”

“Ultah temen,” Arya menjawab seadanya, perlahan didorongnya tubuh Kania agar menjauh dan ia bisa keluar dari ruangan itu.

“Ultah?” suara Keila menyiratkan keraguan,”You’re not twenty one any more, Ry. Masih ada temen kamu yang party gegilaan kayak gitu buat ngerayain ulang tahunnya?”

“Yah… Begitulah…” Arya tertawa parau, berusaha menghilangkan kecurigaan kekasihnya,”Ngomong-ngomong, kamu telepon bukan cuma buat nanya aku di mana kan?”

“Aku kangen,” Keila menjawab,”Nggak sabar nunggu dua hari lagi untuk pulang”.

“Aku juga,” Arya memberi jeda sedikit,”Kangen. Banget”.

Terdengar derai tawa Keila dari seberang. Arya menutup matanya, berusaha menikmati setiap detiknya mendengar desahan napas gadis itu.

“Ya udah. Kamu istirahat ya. Night,” Keila menutup pembicaraan mereka.

Night.” Arya menatap ponselnya. Sekelumit rasa bersalah muncul dalam hatinya. Ia ingat Kania yang masih berada di dalam, ia ingat Mila, Raras, Vira, dan masih banyak gadis lain yang menjadi pelampiasan kerinduannya pada Keila. Satu-satunya tempat untuknya pulang.

Maafkan aku Kei. Aku merindukanmu. Aku terlalu merindukanmu, hingga membutuhkan pelarian. Tapi, siapa sangka? Ternyata merindukanmu itu seru!

1 comment: