Tuesday, January 24, 2012

Kalau Odol Lagi Jatuh Cinta


picturetakenfrom:weheartit.com

Kalau odol jatuh cinta, ia akan menerima gigi dengan segala kekurangannya.

Kamu dengan gitar tersandang di punggung, aku dengan kacamata tebal dan setumpuk buku dari perpustakaan. Tahukah kamu, aku selalu mengagumimu? Memperhatikanmu kala memetik gitar di sudut kelas, sambil bersenandung dengan teman-temanmu. Kamu bagai mentari yang indah dilihat namun tak pernah bisa ku sentuh. Sampai tiba hari itu, hari di mana kamu menyapaku, mengajakku berkenalan. Apa yang membuatmu tertarik pada kutubuku ini?


Kalau odol jatuh cinta, ia tidak akan protes, justru mempercantik kekasihnya dengan segala yang dimilikinya. Memeluknya dengan segala nodanya.

Hari-hariku terasa indah sejak mengenalmu. Kamu memberiku banyak kenangan berharga; tempat rahasia di loteng sekolah, studio kecil di rumahmu, sampai taman tak terurus di belakang kompleks yang menjadi tempat kita menikmati bintang. Kamu dengan musikmu, aku dengan bukuku. Kita lebih banyak diam, namun aku tak pernah begitu menikmati sepi seperti saat kita bersama.

“Kenapa aku?” tanyaku pada suatu malam, aku tahu seisi sekolah memandang kami sebagai pasangan yang timpang. “Aku tidak cantik. Apalagi dengan behel dan kacamata tebal seperti ini. Apa kamu nggak malu?”

Kamu menjitak ku ringan,” Kalau aku malu aku nggak akan pernah mengajakmu kenalan, nggak akan pernah memintamu jadi pacarku. Harus berapa kali sih aku bilang aku suka kamu apa adanya?”


Kalau odol jatuh cinta, ia akan selalu menjaga si gigi dari sakit.

“Pasti belum makan kan?” suaramu di telepon terdengar khawatir. “Mestinya aku kuliah di tempat yang sama ya kayak kamu. Kamu kalau udah ngerjain tugas suka lupa makan sih”.

Aku tertawa,”Kok panik banget sih? Aku kan bukan anak kecil. Sebentar lagi aku makan kok”.

“Aku ke sana ya?”

“Buat apa?”

“Nemenin kamu makan.”



Kalau odol jatuh cinta, ia akan mengorbankan dirinya, melipat tubuhnya hingga kecil, agar muat di hatimu yang sesak.

“Kerjaan lagi banyak banget ya?” kamu menghampiriku yang tengah sibuk dengan laptop di ruang keluarga rumah kita. Waktu menunjukan setengah satu pagi. Aku tersenyum dengan wajah kuyu.

“Nih, diminum dulu,” kamu menyerahkan segelas coklat panas yang masih mengepul.

“Sibuk banget belakangan ini,” kamu duduk di sebelahku, memperhatikan deret tulisan yang menjadi deadline-ku. “Liburan nanti kita ke Bangka ya?”

“Bangka?” aku menoleh.

“Kamu selalu pengen ke Pantai Parai kan? Sekali-kali refreshing dong, kamu udah kusut banget,” ia mencuil hidungku gemas.

Aku tersenyum. Bersyukur karena di tengah sesaknya pekerjaan, aku masih memilikmu di penghujung hari untuk mengisi hatiku.

*

Aku tertawa kecil saat membuka album kita. Masa-masa yang pernah kita lewati bersama. Kebodohan dan hal konyol yang tak akan pernah ku lupakan. Aku melihat foto pertama kita.

“Kamu itu bodoh. Kenapa memilihku di saat banyak gadis yang lebih cantik?” aku menatap foto itu.

“Jatuh cinta membuat orang jadi bodoh,” jawabmu asal.

“Ganteng tapi dodol,” aku tertawa.

“Tapi aku nggak salah pilih.”

Aku tersenyum menatapmu.

“Odol,” gumam mu.

“Hah?”

“Odol. Orang dodol. Semua orang yang jatuh cinta itu odol,” kamu menjelaskan, lalu beranjak dari sisiku dengan senyum jenaka.

“Kita ini odol ya?” aku ikut bergumam.

Kamu kembali dengan bayi mungil dalam gendongan. “Iya, kita ini odol. Yang berusaha melekat erat pada apa yang kita cintai”.


2 comments: